Benny Dollo tercatat menjadi pelatih Indonesia dengan masa kerja terlama dalam satu dekade terakhir. Juru taktik asal Manado itu terhitung tiga tahun menjabat arsitek Tim Merah Putih pada periode 2008-2010.
Penulis: Kukuh Wahyudi/Indra Citra Sena
Terlepas dari akumulasi masa bakti Alfred Riedl, hampir tak ada pelatih lain yang diberikan kepercayaan hingga melewati durasi dua tahun.
Bahkan, keputusan kontroversial sempat diambil PSSI kala melepas Luis Manuel Blanco dalam hitungan pekan saja.
Lantas, apakah durasi singkat ini berbanding lurus dengan minimnya prestasi timnas?
Baca juga:
- Akibat Pengaturan Skor, Juara Liga Champions Asia Dihukum
- Klopp: Permainan Liverpool Lebih Baik ketimbang di Anfield
- Lisensi Pelatih Persipura Tak Beda dengan Milik Diego Simeone
Sebagian kalangan mengungkapkan bahwa waktu yang mepet membuat seorang pelatih tak mampu berbuat banyak.
Walhasil, prestasi pun enggan merapat dan justru kegagalan yang selalu menyapa.
Namun, bagi Benny Dollo pernyataan itu tak sepenuhnya tepat.
Durasi kerja pelatih lebih dianggap jadi faktor kedua dalam perburuan prestasi.
"Bagi saya hal terpenting untuk meraih prestasi adalah pembinaan usia muda. Akan percuma jika kita hanya fokus ke timnas senior," kata pelatih yang membawa Indonesia menjuarai Piala Kemerdekaan 2008 itu.
Menurut Benny, embinaan bagus akan menghasilkan pemain berkualitas yang nantinya dapat dimanfaatkan setiap pelatih timnas senior, berapa pun masa kerjanya.
Bagi Bendol, begitu Benny Dollo biasa disebut, selain pembinaan dan durasi kerja pelatih, ada faktor lain yang dapat berpengaruh dalam lahirnya prestasi.
Faktor yang dimaksud adalah program yang jelas antara penanggung jawab timnas di tubuh PSSI dengan pelatih kepala semua jenjang timnas.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.734 |
Komentar