Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kisah Mohammad Ahsan: Turun demi Naik

By Jumat, 20 Januari 2017 | 17:40 WIB
Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro, meraih gelar juara di International Challenge China.
BADMINTONINDONESIA.ORG
Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro, meraih gelar juara di International Challenge China.

Mohammad Ahsan sudah terbiasa tampil di level satu dan dua turnamen BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Ahsan kali ini harus turun level hingga level empat. Namun, dia tetap tampil total dan berhasil merebut gelar juara.

Penulis: Aprelia Wulansari

Bersama Rian Agung Saputro, Ahsan berhasil meraih gelar juara ganda putra di International Challenge China yang digelar di Hainan, China, 10-15 Januari 2017.

Dalam final yang digelar Minggu (15/1), Ahsan/Rian mengalahkan pasangan ganda putra Thailand, Trawut Potieng/Nanthakarn Yordphaisong, 8-11, 11-7, 11-4, 11-7.

Karena turnamen ini merupakan level empat, maka menggunakan sistem skor 5x11, yakni pemenang adalah yang terbaik dari lima gim dan setiap gim menggunakan poin 11.

“Memang agak sulit di awal karena saya terbiasa bermain di gim dengan 21 poin, tetapi akhirnya saya bisa beradaptasi,” ucap Ahsan dalam rilis PBSI.

Ya, turun level ini pun tak semata demi mempertajam kerja sama dan kekompakan Ahsan/Rian, juga agar keduanya mengejar poin lolos ke All England.

Kemenangan ini memastikan Ahsan/Rian masuk ke babak kualifikasi salah satu turnamen tertua di dunia yang bakal digelar di Birmingham, Inggris, 7-12 Maret itu.

“Memang target kami sudah tercapai bisa bermain di All England, tetapi masih kualifikasi,” tutur Rian.

Pasangan yang kini duduk di ranking 116 dunia ini pun menjadikan kemenangan di China itu sebagai modal untuk bisa lebih baik dan lebih kompak lagi.

Karena itu, keduanya kembali turun di turnamen, yakni Malaysia Master yang digelar di Sarawak, Malaysia, 17-22 Januari.

Pemain Muda

Bagi Ahsan, bermain di level international challenge juga membuat dia semakin menyadari bahwa negara-negara lain telah memiliki pemain-pemain muda yang akan melejit.

Biasanya, pemain muda akan memilih turnamen level empat (international challenge, international series, future series) atau yang memiliki tantangan lebih tinggi, yakni level tiga (grand prix gold dan grand prix).

Soalnya, level dua yang merupakan turnamen super series premier dan super series adalah kompetisi yang sangat ketat dan diikuti oleh para pemain elite dunia.

Turnamen level satu adalah kompetisi utama, seperti Olimpiade, Kejuaraan Dunia, dan Piala Sudirman.

“Para pemain tuan rumah (China) yang muda-muda telah menunjukkan penampilan yang sangat baik,” ucap Ahsan.

Para pemain Indonesia yang mengikuti turnamen ini telah menunjukkan kewaspadaan akan penampilan permainan tuan rumah.

Dengan kata lain, para pemain muda itulah yang nantinya akan menjadi lawan para pemain muda Indonesia di masa depan.

Jadi, prestasinya perlu terus ditingkatkan agar tak kalah perkembangannya dengan negara lain.

[video]http://video.kompas.com/e/5284562243001[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Weshley Hutagalung
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.734


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X