“Satu atau dua pemain memang bisa menghadirkan sebuah perbedaan. Namun, apa yang kami capai selama ini adalah karena kerja sama tim. Dengan banyaknya partai yang harus dimainkan dalam semusim, kami harus merotasi pemain.”
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Dari sekian langkah positif yang dihadirkan Zinedine Zidane dalam rentetan rekor 39 laga tanpa kalah Real Madrid, rotasi pemain bisa jadi yang terpenting.
Rekor kemenangan yang dilewati dengan beragam permutasi komposisi itu sendiri menjadi bukti perihal langkah jitu Zizou tersebut.
Meski trio BBC masih memegang peran penting dalam koleksi 86 gol Si Putih, Cristiano Ronaldo dengan 17 gol, Karim Benzema (11), dan Gareth Bale (7), jangan lupakan deretan pemain lain yang ikut memberikan kontribusi gol.
Secara total, ada 21 pemain berbeda yang berhasil mencatatkan namanya di papan skor.
Angka ini merupakan jumlah terbanyak dibandingkan dengan semua kontestan La Liga.
Sevilla sebagai pesaing terdekat mengirim 16 pemain dalam score sheet. Sementara itu, Celta Vigo dan Barcelona, dua tim dengan jumlah pencetak gol terbanyak setelahnya, cuma menaruh 14 nama berbeda.
[video]http://video.kompas.com/e/5274328748001[/video]
Jika dikomparasikan dengan liga-liga lain di Eropa, Madrid pun unggul jauh dalam kategori ini.
Kompetitor terdekat mereka adalah Borussia Dortmund, yang sukses menyertakan 18 pemain dalam urusan menjebol gawang lawan di kancah Bundesliga, Liga Champion, dan DFB Pokal.
Dengan menjalani rotasi secara mulus, secara tegas Zidane mampu menekan level ketergantungan pada BBC.
Tak ada lagi kondisi seperti di masa lalu ketika absennya BBC berujung musibah bagi kelangsungan musim Madrid. Kali ini, saban absennya satu, dua, bahkan tiga personel BBC, Madrid tetap bisa tampil solid.
Alvaro Morata mampu melapis Benzema, Marcos Asensio bisa menjadi pengganti setimpal Gareth Bale, layaknya Lucas Vasquez mengisi kekosongan di saat Ronaldo absen.
Di lini tengah pun demikian. Hilangnya Casemiro bisa diisi Mateo Kovacic, Luca Modric bisa digantikan Isco, dan James bisa menutup peran Toni Kroos.
Juga di Lini Belakang
Kesuksesan rotasi bahkan ikut menyasar wilayah belakang, di mana duet Nacho Fernandez dan Raphael Varane terbukti berkualitas setara dengan tandem Sergio Ramos dan Pepe.
Bukan hanya dalam urusan bertahan, Varane dan Nacho juga ikut berkontribusi dalam mengumpulkan gol.
Setelah merotasi starting XI di leg II perdelapan final Copa del Rey kontra Sevilla dengan mengistirahatkan Ronaldo dan Modric, Zizou tampak bakal kembali menerjunkan tim utama tatkala Madrid kembali melawat ke Ramon Sanchez Pizjuan, Ahad (15/1), dalam jornada 17 La Liga.
Primera Division tampak menjadi fokus utama Los Merengues musim ini. Selain puasa titel sejak era Jose Mourinho di 2011/12, Ramos dkk. sedang berada di baris terdepan dalam perburuan gelar La Liga.
Keunggulan empat poin atas Los Nervionenses, dengan masih punya satu laga ekstra, dianggap terlalu mewah untuk dilepaskan begitu saja.
Namun, sebagai tuan rumah, Sevilla tentu telah belajar banyak dari kekalahan 0-3 di leg I Copa del Rey.
Masuknya Stevan Jovetic dari Internazionale menjadi suntikan amunisi tersendiri guna menambah kreasi di lini tengah.
Apalagi Jorge Sampaoli selaku pelatih menyiratkan kans debut bagi gelandang Montenegro yang juga rajin mengoyak jala lawan itu.
“Laga di hari Minggu akan menjadi lakon final bagi Sevilla. Kemenangan bakal mendekatkan poin kami menjadi hanya satu, sebuah kondisi yang sama sekali tak terbayang sebelumnya oleh siapa pun. Saya harap para fan akan mendapatkan apa yang mereka inginkan,” papar Sampaoli di Marca, menyinggung babak penutup dari trilogi berjarak 10 hari itu.
Plus-Minus Sevilla
Plus
- Memiliki catatan bagus di kandang.
- Ketajaman lini depan.
- Umpan terobosan.
Minus
- Pelanggaran di area berbahaya.
- Antisipasi tembakan jarak jauh lawan.
- Kalah teknik.
Plus-Minus Real Madrid
Plus
- Unggul teknik.
- Kekayaan sumber daya pemain.
- Ketajaman mencetak gol.
Minus
- Tekanan publik.
- Bermain away.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar