Dries Mertens musim ini menjema menjadi penyerang tajam di Serie A. Padahal posisi aslinya adalah pemain sayap. Baru di 2016/17 pelatih Maurizio Sarri menggesernya menjadi penyerang tengah.
Penulis: Anggun Pratama
Total 11 gol dalam 17 laga di Serie A musim ini menjadi bukti. Tambahkan empat golnya di Liga Champion. Pria berusia 29 tahun itu bertekad melanjutkan ketajaman tersebut di 2017.
Kepada Il Mattino, Mertens mengungkapkan harapannya di 2017.
Berikut adalah kutipan wawancaranya.
Karier Anda seperti terdongkrak di usia 29 tahun.
Mungkin betul dari pandangan orang lain, tetapi tidak menurut saya. Saya tahu apa yang bisa saya lakukan buat tim. Saya tahu kemampuan diri. Mungkin gol yang saya buat memberikan persepsi lain terhadap saya.
Ketika Anda mencetak gol, semua mata ada pada Anda. Meski begitu, saya pikir selalu bermain bagus buat Napoli, meski ketika saya tidak mencetak gol sebanyak ini. 2017 sudah dimulai.
Apa resolusi Anda?
Saya sangat ingin menjadi pencetak gol terbanyak di Serie A. Tentu saya berbohong bila berkata lain. Tiga hal lain adalah terus melanjutkan apa yang sudah berjalan di Napoli, serta membuat banyak gol buat klub.
Saya ingin meraih trofi apa pun bersama Napoli, dan terus berbahagia.
Apakah terbebani menjadi simbol Napoli setelah kepergian Gonzalo Higuain?
Saya rasa tidak karena saya tidak sendiri. Fan mencintai tim ini, bukan pemain tertentu. Saya paham perasaan fan melalui gestur dan kata-kata. Yang terpenting di Napoli bukan individual, melainkan klub.
Bila Anda tanya Gonzalo siapa yang berjasa terhadap 36 golnya musim lalu, ia pasti tak akan berkata semuanya berkat dirinya, karena memang tidak begitu. Semua berkat kerja sama tim.
Apakah mengganggu Anda ketika berbicara bahwa hanya Juventus yang punya mental juara buat memenangi Serie A?
Ya, sangat. Betul, ketika Anda menang, banyak hal menjadi lebih mudah. Meski begitu, mentalitas sepak bola kami juga menarik. Kami selalu inovatif, dan memaksa para pemain hanya memikirkan kemenangan.
Saya terkesan dengan sepak bola yang ditawarkan Sarri. Ia selalu ingin menyerang. Ketika menguasai bola, Anda selalu tahu apa yang harus dilakukan: menyerang. Memberi umpan silang, apapun buat mencari cara demi sebuah gol.
Anda dipercaya sebagai penyerang tengah.
Ya, saya selalu ingin bermain sebagai pemain tengah dalam lini serang. Meski demikian, saya tak masalah bila harus kembali meniadi sayap kiri. Semua itu adalah pilihan pelatih, bukan saya.
Kompatriot Anda, Axel Witsel, memilih ke Liga China ketimbang ke Juventus.
Uang memang penting, dan saya yakin teman saya, Witsel, tidak tidur dalam beberapa hari sebelum menerima tawaran itu. Pilihan itu selalu selalu sulit, karena banyak aspek yang harus dipertimbangkan. Anda terus memikirkan apakah telah melakukan hal yang tepat.
[video]http://video.kompas.com/e/5274334150001[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar