Secara mengejutkan di kandang sendiri Liverpool ditahan imbang oleh klub yang levelnya berada di bawah, Plymouth Argyle, pada kancah Piala FA, Minggu (8/1/2016). Hasil tersebut bukan hanya terbilang mengenaskan buat tim sekelas Liverpool, melainkan pula penegasan tentang keutuhan sebuah tim.
Penulis: Dedi Rinaldi
Ya, hasil tersebut memang kembali menyatakan bahwa Liverpool belumlah sebuah tim yang utuh.
Tidak hanya masih lemah pada sisi konsistensi di lini serang, lalu untuk level tim yang memburu gelar pun Liverpool dinilai tak punya ketenangan di sektor belakang, terutama kegugupan di sektor kiper.
Pada sektor kiper bahkan terbilang cukup mengkhawatirkan. Pada musim ini Liverpool memiliki dua kiper andalan, yaitu Simon Mignolet dan Loris Karius, namun sejauh ini belum menciptakan ketenangan.
Awalnya, Manajer Juergen Klopp cenderung memilih Karius sebagai kiper utama.
Akan tetapi, dalam beberapa pertandingan, kiper muda asal Jerman itu tampak grogi tampil di Premier League.
Alhasil Karius akhirnya diparkir oleh Klopp dan kembali menjadikan Mignolet sebagai andalan. Kiper asal Belgia ini terlihat mampu memanfaatkan peluang dengan baik dan jadi pilihan utama hingga saat ini.
Namun, para suporter sudah terlanjut mencap Mignolet kiper yang juga gemar melakukan blunder dan belum bisa mencapai performa kelas atas.
Tak ayal, Liverpool pun dihubungkan dengan beberapa nama kiper di bursa kali ini, sampai kepada saran agar Klopp segera membeli kiper baru.
Legenda sepak bola Inggris dan Manchester United, Gary Neville, termasuk yang prihatin dengan kondisi kiper yang dimiliki Liverpool. Neville mengatakan Liverpool tidak memiliki kiper tangguh sekelas Thibaut Courtois (Chelsea) dan David de Gea (Manchester United).
Menurut Neville, kiper merupakan sektor yang bisa menularkan aura positif dan sebaliknya juga menyalurkan kegugupan yang negatif ke seluruh lapangan dan ke seluruh anggota tim.
“Coba rasakan ketika Anda memiliki kiper sekelas Courtois atau De Gea. Keduanya merupakan tipe kiper yang mampu memenangi trofi untuk Anda,” kata Neville.
Akan tetapi, mantan kiper Liverpool yang sudah menjadi legenda, David James, menilai kiper yang menghuni The Reds sekarang tak seburuk yang dikatakan orang-orang.
“Tidak seburuk yang dibincangkan. Jika Anda melihat empat pertandingan terakhir sejak Mignolet kembali, dia terus mendapatkan clean sheet dan dua dari tiga gol yang masuk ke gawangnya berasal dari tendangan penalti,” kata James.
Tradisi Hebat
Bahkan menurut James, tidak banyak klub yang memiliki kiper cadangan bagus seperti itu. Karena itu, Liverpool seharusnya berada dalam posisi istimewa mengenai kiper.
Namun, agar menjadi seorang kiper yang legendaris, Mignolet dan Karius harus bekerja lebih keras.
Karius, yang masih berusia 23 tahun, mendapat kesempatan besar berkembang, dan harus memanfaatkan kesempatan tersebut dengan cerdas. Mignolet juga memiliki kesempatan yang sama.
“Semua mata tertuju kepada keduanya karena Liverpool punya tradisi yang baik terkait kiper hebat,” kata James.
James merupakan salah satu kiper Liverpool yang dianggap mampu menjadi penerus tradisi kiper hebat di Liverpool.
Pada masanya, James merupakan salah satu anggota The Young Gun Liverpool bersama Robbie Fowler, Jamie Carragher, Steve McManaman, dan Jamie Redknapp.
Tradisi tersebut kemudian diteruskan oleh Jerzy Dudek, yang mampu mempersembahkan trofi Liga Champion bersama Liverpool pada 2005. Dudek merupakan kiper asal Polandia yang menghabiskan enam musim di Anfield dan menorehkan 186 pertandingan bersama The Reds.
Usai Dudek muncul Pepe Reina, seorang putra penjaga gawang terkenal Atletico Madrid, Miguel Reina Santos. Pada tiga musim terakhir bersama Liverpool, Reina meraih gelar Sarung Tangan Emas Premier League Inggris.
Sebelum era 1990-an, kiper yang dimiliki Liverpool bahkan lebih santer terdengar.
Dari Raymond Neal “Ray” Clemence sampai Bruce Grobbelaar, yang dikenang karena kelenturan dan kekuatannya, lalu keyakinan yang sangat tinggi, serta gaya eksentrik dan flamboyan dalam bermain.
[video]http://video.kompas.com/e/5268477635001[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.732 |
Komentar