Kesuksesan tak hanya dilihat dari usia. Hal itulah yang paling pas dalam menggambarkan karier Julian Draxler sampai saat ini.
Penulis: Hizrian Maladzan
Di usia yang begitu muda, pemain kelahiran Gladbeck, Jerman, ini sudah menuai begitu banyak pujian.
Mesut Oezil, pemain Arsenal dan rekan setimnya di tim nasional Jerman, pernah berkata bahwa ia sangat terpukau dengan kapasitas teknik pemain berusia 23 tahun tersebut.
Pujian Oezil memang bukan omong kosong belaka. Draxler merupakan pemain debutan termuda keempat dalam sejarah Bundesliga saat ia melakukan debut bersama Schalke pada 2011.
Saat itu, usianya masih 17 tahun. Seminggu kemudian, ia menjadi starter termuda kedua di Bundesliga saat Schalke bertanding melawan Hannover 96.
Tiga hari setelah itu ia mencetak gol pertamanya yang membawa Schalke lolos ke semifinal.
Baca juga:
- Gol Ke-249 Rooney Warnai Kelolosan Man United pada Piala FA
- Bhayangkara FC Dongkrak Nilai Kontrak Evan Dimas
- PSSI Godok Formula Baru Regulasi Pemain Asing
Musim itu ia tutup dengan membawa Schalke meraih gelar DFB Pokal, di mana ia mencetak gol pembuka di final.
Setelah itu, usia sekadar angka bagi Draxler. Ia terus naik menjadi andalan Schalke, menggantikan peran Raul Gonzalez yang vital sebelumnya.
Draxler bahkan pernah disebut Felix Magath, bekas pelatih Schalke, sebagai masa depan dari klub dan sepak bola Jerman.
Pindah ke Wolfsburg, ia terus menunjukkan kapasitasnya sebagai pemain bintang, membawa klub melangkah jauh di Liga Champions.
Tidak hanya itu, di level internasional Draxler telah memenangi Piala Dunia 2014 dan membawa timnas Jerman melangkah sampai semifinal di Piala Eropa 2016.
“Dalam cara ia mengontrol bola, mengingatkan saya pada Zinedine Zidane. Dia tidak begitu cepat, tetapi bisa melakukan dribel melewati berbagai lawan,” ucap Josuha Guilavogui, rekan Draxler selama di Wolfsburg, mendeskripsikan talenta yang dimiliki oleh pemain muda ini.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.731 |
Komentar