Meski berstatus turnamen tidak resmi, sejarah Piala Hopman sudah cukup panjang. Menjadi satu-satunya turnamen beregu campuran dengan format tunggal putra-putri dan ganda campuran, turnamen yang sejak awal digelar di Perth, Australia Barat, ini sudah bergulir sejak 1989.
Penulis: Dede Isharrudin
Piala Hopman menjadi turnamen perdana di setiap awal tahun. Di sisi lain, Benua Kanguru juga selalu menjadi tujuan pertama para petenis setelah libur panjang. Mereka akan berlaga di Grand Slam Australia Terbuka di Melbourne Park. Itu sebabnya banyak petenis menjadikan Piala Hopman sebagai ajang pemanasan.
Walaupun sebelum Australia Terbuka ada sederet turnamen resmi lain seperti Brisbane, Sydney, dan Auckland Classic, Piala Hopman sering jadi pilihan karena tensi turnamen tersebut tidak terlalu tinggi.
Artinya, petenis yang baru mengayun raket kembali di awal tahun, entah karena baru pulih dari cedera atau libur panjang, bisa memperoleh dan menikmati atmosfer pertandingan tanpa terbebani target harus juara.
Tak heran jika seorang Roger Federer pun memanfaatkan Piala Hopman 2017 ini sebagai ajang comeback setelah rehat selama enam bulan lebih di tahun 2016 pasca operasi lutut.
Semangat Petenis Muda
Namun, bukan itu saja manfaat dari Piala Hopman. Bagi beberapa petenis muda, ajang ini menjadi kesempatan untuk mengasah kemampuan dan saling menimba ilmu.
Tak hanya bagi sesama pemain muda, tetapi juga antarpemain yang rentang usianya mencapai 10 tahun. Hal itu terlihat dari empat tim,yakni Swiss, Jerman, Republik Ceska, dan Spanyol, yang diperkuat pemain dengan perbedaan usia cukup lebar.
Swiss misalnya. Dengan Federer yang sudah menginjak usia 34 tahun dan Belinda Bencic baru 19 tahun, sudah pasti inilah tim yang perbedaan umur pemainnya paling besar yakni 15 tahun. Namun, justru itulah letak keunggulannya.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.731 |
Komentar