Jiwa pemenang sudah tertanam dalam diri Paul Pogba sejak kecil. Bintang Manchester United berusia 23 tahun itu bahkan menangis ketika mendapat kekalahan.
Pogba mulai menekuni sepak bola di klub junior US Roissy-en-Brie pada usia enam tahun. Bakatnya diasah oleh pelatih Sambou Tati.
Menurut pengakuan Tati, keinginan untuk selalu menang sudah terlihat dalam diri Pogba sejak kecil. Kekalahan adalah hal yang dibenci sang gelandang.
"Kalau Anda seorang pemenang, Anda tidak mau kalah. Saat kalah, Anda marah dan sedih," tutur Tati dikutip Manchester Evening News.
"Saat masih muda dan menderita kekalahan, Paul sangat marah. Saya ingat dia biasa menangis," kata Tati lagi.
Baca juga:
- Granit Xhaka Akan Tetap Kasar
- Di Bayern Muenchen Dilarang Bicara Bahasa Asing
- Ini Bukti Dele Alli Lebih Hebat dari Dua Legenda Man United
Jiwa pemenang membawa Pogba ke jalur kesuksesan. Bersama Juventus, ia meraih empat scudetto beruntun dari musim 2012-2013.
Sampai akhirnya pada Agustus 2016, Manchester United rela merogoh kocek 89,3 juta pounds (Rp 1,4 triliun) demi mengangkut Pogba dari Juventus. Sebuah rekor transfer dunia.
Seiring karier yang terus meroket, Tati berharap Pogba bisa membawa Prancis ke podium tertinggi Piala Dunia 2018 di Rusia.
"Kalau Prancis menjuarai Piala Dunia, Paul akan kembali untuk membuat pesta," ucap Tati.
[video]http://video.kompas.com/e/5272231452001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Manchester Evening News |
Komentar