Juara bertahan Premier League yang belum juga menemukan performa seperti musim lalu, Leicester City, memperoleh penguatan pertamanya di bursa transfer Januari.
Penulis: Dwi Widijatmiko
Sejak awal Desember lalu, Leicester dikabarkan sudah mencapai kesepakatan dengan klub Belgia, Genk, untuk transfer gelandang asal Nigeria, Wilfred Ndidi.
Selasa (3/1), transfer tersebut akhirnya diresmikan. Ndidi dibeli dengan harga hampir 15 juta pound dan dia dikontrak selama lima setengah musim.
Dengan pembelian gelandang yang pada 16 Desember lalu genap berusia 20 tahun itu, Leicester tampak ingin memperbaiki kesalahan yang mereka lakukan pada bursa musim panas lalu.
Ketika itu Si Rubah melepas salah satu pemain kunci kesuksesan mereka menjuarai Premier League 2015/16.
N'Golo Kante dilego ke Chelsea untuk mengukir rekor penjualan pemain Leicester, yaitu sebesar 32 juta pound (527 miliar rupiah).
Kante tampil begitu impresif sebagai gelandang defensif musim lalu. Dengan membukukan rata-rata 4,7 tekel dan 4,2 cegatan per pertandingan, Kante adalah pemuncak klasemen pemain perihal dua statistik tersebut.
Bersamanya, pertahanan Leicester terlindungi dengan sangat baik.
The Foxes bukannya tidak bereaksi terhadap penjualan Kante. Nampalys Mendy adalah pembelian pertama Leicester di bursa transfer musim panas lalu.
Berposisi gelandang bertahan seperti Kante, Mendy dibeli dari Nice dengan harga 13 juta pound. Manajer Leicester, Claudio Ranieri, tentunya berharap pemain asal Prancis itu bisa menjadi Kante 2.0 bagi tim besutannya.
[video]http://video.kompas.com/e/5269646289001[/video]
Lebih Bagus
Akan tetapi, Mendy kemudian gagal. Jangankan menggantikan Kante, menjadi pemain utama pun tidak.
Dia baru tampil dua kali di Premier League dengan statistik tekel dan cegatan yang jauh dari Kante. Mendy hanya membuat 0,5 tekel dan 1,5 intersep per laga.
Ranieri justru berpaling pada pemain lama untuk menggantikan Kante.
Daniel Amartey, yang direkrut pada Januari tahun lalu, secara reguler tampil mendampingi Daniel Drinkwater sebagai dua gelandang tengah dalam formasi 4-4-2 yang dipakai Leicester.
Namun, pemain asal Ghana ini juga tidak berhasil menjadi Kante 2.0. Statistik tekel-intersepnya lebih bagus daripada Mendy, tapi masih jauh dari pencapaian Kante. Amartey membuat 1,9 tekel dan 1,3 cegatan per pertandingan.
Kini Leicester berharap Ndidi bisa lebih bagus daripada Mendy dan Amartey. Referensi The Foxes adalah perjalanan Genk di Liga Europa musim ini.
Melangkah sejak babak kualifikasi II, Genk sukses lolos ke babak 32 besar dengan menjadi juara Grup F. Di fase grup, mereka mengungguli Athletic Bilbao, Rapid Wien, dan Sassuolo. Ndidi adalah bintang terdepan Genk.
Dia secara impresif membuat 7 tekel dan 4,8 cegatan per pertandingan! Angka itu lebih banyak dari pemain mana pun di fase grup Liga Europa.
Baca Juga:
- Guardiola Akui Setelah Gol Ke-3 Pertandingan Berjalan Mudah
- Tutup Pesta Gol Man City, Stones Merasa Penantiannya Terlalu Lama
- Lionel Messi Bikin 6 Tim Kebobolan 20 Gol
Statistik Ndidi bahkan mengungguli rekor Kante musim kemarin. Pemain bertinggi badan 187 cm pun diharapkan bisa menjadi Kante 2.0 yang sebenarnya.
Leicester benar-benar membutuhkan bantuan untuk membentengi pertahanan dari lini tengah. Si Rubah sudah kebobolan 31 gol dalam 20 partai. Angka itu sudah hampir menyamai catatan kebobolan mereka sepanjang musim lalu (36 gol).
"Dia pelindung pertahanan yang ideal buat saya. Wilfred memberikan keseimbangan buat tim dan kemampuan operan serta membaca permainannya pun bagus. Anak ini bisa mencapai puncak Eropa," puji pelatih Genk sampai Desember 2016, Peter Maes, seperti dikutip Guardian.
Wilfred Ndidi punya nilai plus lain bagi Leicester. Dia bisa mengisi semua posisi di lini belakang. Ndidi juga dapat didaftarkan Leicester untuk fase knock-out Liga Champion mengingat dia hanya tampil di Liga Europa pada putaran pertama kompetisi.
[video]http://video.kompas.com/e/5269646289001[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.731 |
Komentar