Pesepak bola asal Aceh, Martunis Sarbini, mengaku sudah telat untuk bermain di Eropa. Kendati begitu, pemain berusia 19 tahun itu tetap mendapatkan petuah bijak dari ayah angkatnya, Cristiano Ronaldo.
Martunis lahir di Banda Aceh, 19 tahun silam. Peristiwa tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 yang merenggut nyawa anggota keluarganya tidak disangka membawanya untuk bertemu dengan Cristiano Ronaldo.
Hal itu tidak lepas dari jersey timnas Portugal yang dipakainya. Kaus dengan nomor punggung 10 plus nama Rui Costa itu melekat di tubuh Martunis, saat dia ditemukan pada 15 Januari 2005.
Tidak hanya bertemu, Ronaldo pun mengangkat Martunis sebagai anak. Terakhir, andil megabintang Real Madrid itu pula yang membuat sang anak angkat dikontrak berlatih bersama klub Portugal, Sporting Lisbon.
Beberapa hari lalu, Martunis berkesempatan untuk menunjukkan kemampuannya.
Dia terlibat dalam laga ekshibisi bersama pesepak bola asal Belanda berdarah Indonesia, Ezra Walian, dan tim Munial Sport Group (MSG) di lapangan Atang Soetrisna, Cijantung, Jakarta Timur, Kamis (29/12/2016) sore WIB.
"Saya sebetulnya dikontrak setahun (Juli 2015-Juni 2016). Tetapi, empat bulan saya cedera. Alhamdulillah, saya merasa berkembang berlatih bersama Sporting," ucap Martunis JUARA.
Di sisi lain, Martunis legowo bahwa kecil kemungkinan dirinya untuk bermain di Eropa. Bukan urusan kemampuan dia, tetapi menyoal usia yang sudah terhitung 'tua'.
"Saya sudah terlambat untuk bermain di Eropa. Sebentar lagi usia saya 20 tahun, kata pihak Sporting, saya seharusnya datang sejak usia delapan atau sepuluh tahun," tutur dia.
Di Eropa, rata-rata sebuah akademi klub memang dimulai sejak usia delapan. Saat itu, para pemain usia muda tersebut sudah diperkenalkan kurikulum yang sesuai dengan filosofi permainan yang dianut klub.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | - |
Komentar