Pertanyaan besar kali ini adalah apakah Paris Saint-Germain bakal kembali menjadi kampiun Ligue 1 dan meraih gelar kelima secara berurutan?
Penulis: Anggun Pratama
Bisa jadi ya, bisa jadi tidak. Yang pasti, musim ini PSG menjalani sebuah musim dengan tantangan luar biasa besar.
Dari sisi internal, pelatih Unai Emery belum juga bisa membuatnya konsisten.
Edinson Cavani memang tajam, tetapi sosok lain seperti Angel Di Maria tak menonjol.
Musim ini, Di Maria terlibat dalam enam gol (1 gol, 5 assist) di 15 pertandingan musim ini.
Dalam periode sama di musim sebelumnya, Di Maria terlibat dalam 15 gol tim (6 gol, 9 assist).
Baca juga:
- Era Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan Berakhir
- Pemain Terbaik Belgia 2016 Bukan Hazard, Nainggolan, atau De Bruyne
- Wenger Pantang Batasi Kreativitas Maskot Klub
Emery masih belum bisa mengeluarkan potensi terbaik dari timnya.
Di 2016-2017, PSG sudah kalah dua kali lebih banyak dari yang mereka dapatkan musim lalu. Jumlah kekalahan itu merupakan yang terbanyak dalam semusim sejak era QSI dimulai pada 2011-2012.
Musim lalu bareng Laurent Blanc, Les Parisiens tak terkalahkan hingga 28 Februari 2016, menjuarai Ligue 1 dengan rekor jarak 31 poin dari tim peringkat dua Lyon, dan sanggup membuat 102 gol.
Beruntung bagi Emery, Presiden Naser Al-Khelaifi masih memberikannya dukungan meski saat ini PSG tidak mendominasi seperti musim terdahulu.
"Saya yakin sepenuhnya dengan kemampuan Emery. Ia salah satu pelatih terbaik di Eropa, dan kami akan terus bersamanya bahkan ketika saat melawan Lorient kami kalah," ujar sang presiden di Parisien.
Di laga kontra Lorient (21/12), PSG menang 5-0. Ucapan itu keluar beberapa jam sebelum laga tersebut bergulir dalam kondisi PSG yang tidak mendapat kemenangan dalam tiga duel Ligue 1 terakhir (dua kalah, sekali imbang).
Al-Khelaifi yakin PSG hanya berada dalam periode buruk sebelum kembali berlari kencang.
"Tim hebat adalah mereka yang bisa bereaksi positif ketika berada dalam waktu buruk. Semua tim pasti pernah mengalami momen negatif. Yang perlu dilakukan adalah mengubah mentalitas tim dan kembali meningkatkan hasrat buat menang," ucap pria asal Qatar itu.
Saat ini PSG memang masih punya keuntungan karena tim ini punya skuat dengan mental juara. Pengalaman menguasai Ligue 1 dalam empat musim terakhir jelas modal besar Les Rouge et Bleu.
Saat ini lawan mereka dalam persaingan juara, Monaco, Nice, plus Lyon sudah lama tidak menjadi kampiun. Monaco terakhir menjuarai Ligue 1 pada 1999-2000. Nice jauh lebih lama karena gelar terbaru mereka jatuh pada 1958-1959 sementara Lyon pada 2007-2008.
Siapapun yang menjadi kampiun, yang pasti persaingan musim ini jauh lebih seru.
Pemain Terbaik
Sulit buat menentukan siapa pemain terbaik liga saat ini. Namun, bila melihat parameter dalam empat musim terdahulu, sepertinya pemain terbaik liga akan jatuh pada pencetak gol terbanyak.
Di musim perdana Zlatan Ibrahimovic di Prancis pada 2012-2013, ia terpilih sebagai pemain terbaik liga, yang juga mengakhiri kompetisi sebagai pencetak gol terbanyak liga dengan total 30 gol.
Di 2013-2014, Ibra juga menjadi pemain terbaik liga sekaligus pencetak gol terbanyak Ligue 1 dengan 26 gol.
Pada 2014-2015, Alexandre Lacazette (Lyon) mencuat dengan total 27 gol. Ia menjadi pencetak gol terbanyak liga dan menjadi pemain terbaik.
Kondisi serupa juga terjadi di 2015-2016. Ibra kembali menjadi pemain terbaik liga setelah membuat 38 gol dalam semusim.
Melihat daftar pencetak gol sementara musim ini, Edinson Cavani, Lacazette dan Radamel Falcao sepertinya menjadi kandidat teratas pemain terbaik Ligue 1 musim ini.
Mario Balotelli musim ini ingin membuktikan diri sebagai pemain top pasti mencoba sebaik mungkin buat rutin bermain.
Di paruh pertama, ia bermain sembilan kali dan membuat delapan gol. Balotelli sering absen cedera dan terkena suspensi. Bila ia rutin bermain, bisa jadi torehan golnya di liga bakal lebih banyak.
Raja Gol
Persaingan Raja Gol di Ligue 1 musim ini barangkali mengerucut ke dua nama teratas dalam papan pencetak gol terbanyak sementara musim ini: Edinson Cavani dan Alexandre Lacazette.
Cavani sejauh ini sudah membuat 18 gol. Ia membuat PSG tidak terlalu merindukan Zlatan Ibrahimovic yang hijrah ke Manchester United.
Kontribusi Cavani minim assist, tetapi ia sangat tajam dan berbahaya di kotak penalti.
Cavani memang masih beberapa kali membuang peluang yang sangat bagus.
Meski begitu, rasanya masih terlihat wajar mengingat dalam beberapa musim terakhir ia harus rela tidak menjadi penyerang tengah karena keberadaan Ibra.
Kini, perlahan Cavani menunjukkan performa seperti saat menjadi ujung tombak mengerikan bersama Napoli.
Pelatih Unai Emery tahu Cavani bisa lebih berbahaya bila terus dijadikan titik fokal dalam permainan PSG.
"Saya berharap ia bisa menjadikan 2016-2017 menjadi musim terbaik dalam kariernya," tutur Emery.
Bagaimana dengan Lacazette?
Di sepanjang tahun kalender 2016, Lacazette menjadi pria tertajam dengan membuat 28 gol di Ligue 1.
Ia lebih banyak satu gol dari Cavani yang membuat 27 gol Ligue 1 tahun ini. Ibra dalam tahun tertajamnya pada 2013 pun cuma membuat 27 gol Ligue 1.
Lacazette menyamai catatan legenda Prancis, Jean-Pierre Papin yang terjadi pada 1991. Jadi, terlihat besarnya potensi daya ledak pria berusia 25 tahun itu.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar