Tahun 2016 menjadi penanda berakhirnya era salah satu pasangan ganda putra terbaik dunia yang pernah ada, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Membuka kalender kompetisi sebagai pasangan berperingkat kedua dunia, performa Ahsan/Hendra cukup menjanjikan pada awal tahun.
Mereka memenangi turnamen Thailand Masters yang berlangsung di Nimibutr Stadium, Bangkok, 9-13 Februari lalu.
Pada babak final, Ahsan/Hendra mengalahkan wakil Korea Selatan, Kim Gi-jung/Kim Sa-rang, melalui rubber game.
Namun, setelah itu grafik performa Ahsan/Hendra mulai menunjukkan penurunan. Ahsan/Hendra yang menjadi unggulan kedua pada turnamen All England tersingkir pada babak kedua.
Mereka kalah dari pasangan Malaysia, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong, yang berstatus non-unggulan.
Kegagalan Ahsan/Hendra berlanjut pada turnamen-turnamen seri Asia. Ahsan/Hendra berturut-turut gagal melangkah jauh pada Malaysia Terbuka, Singapura Terbuka, Kejuaraan Asia, dan Indonesia Terbuka.
Di Malaysia dan Singapura, perjuangan mereka terhenti pada babak perempat final, sedangkan pada Kejuaraan Asia dan Indonesia Terbuka, laju mereka hanya sampai babak kedua.
Puncak dekadensi prestasi Ahsan/Hendra terjadi pada Olimpiade Rio 2016. Pada pesta olahraga dunia empat tahunan itu, Ahsan/Hendra yang menempati unggulan kedua tidak mampu lolos dari babak penyisihan grup.
Padahal, sebelum bertolak ke Rio de Janeiro, Brasil, mereka ditargetkan meraih medali emas.
Akibat hasil buruk tersebut, tim pelatih pemusatan latihan nasional (pelatnas) ganda putra yang dipimpin Herry Iman Pierngadi memutuskan memisah Ahsan dan Hendra seusai turnamen Korea Terbuka.
Pada empat turnamen tersisa, Ahsan dan Hendra bergantian berpasangan dengan junior mereka, Berry Angriawan dan Rian Agung Saputro.
Pada Denmark Terbuka dan Prancis Terbuka, Ahsan bermain dengan Berry, sedangkan Hendra ditandemkan dengan Rian.
Selanjutnya, pada China Terbuka dan Hong Kong Terbuka, Ahsan berpasangan dengan Rian, sementara Hendra bermain dengan Berry.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | - |
Komentar