Tak banyak pelatih debutan yang langsung menancapkan falsafahnya di dalam tim yang ia besut. Dari yang sedikit itu, hanya segelintir yang mampu membawa timnya langsung merajai liga, apalagi di kompetisi seketat Premier League.
Penulis: Christian Gunawan
Tidak berlebihan menyatakan bahwa Antonio Conte adalah fenomena di Premier League musim ini. Digamit Chelsea, yang baru kehilangan gelar juara, pelatih asal Italia itu terbebani keharusan menaikkan level performa klub London Barat itu.
Conte juga sukar menghindari bayang-bayang Jose Mourinho, yang pernah membawa Chelsea mendominasi dalam dua periode, meski musim lalu melempem.
Start Chelsea dan Conte tak mulus. Dua kekalahan dari dua tim kuat, Liverpool dan Arsenal, segera mengentak kesadaran mantan arsitek Juventus dan tim nasional Italia itu. Perubahan mesti terjadi di tubuh Si Biru.
Seperti saat meracik Juve, Conte menerapkan pola tiga bek di Chelsea, sesuatu yang tak jamak di Inggris.
Kebetulan The Blues memiliki sumber daya yang mendukung. Walau demikian, pengaruh luar biasa keputusan itu terhadap permainan Chelski mengejutkan banyak pihak, bahkan mungkin Conte sendiri.
Memusatkan perhatian pada pertahanan, pasukan Conte mematikan kala melakukan pergerakan ofensif, terutama melalui serangan balik. Si Biru tak tertahankan, selalu menang di 12 partai, rekor baru klub, untuk menyamankan diri di pucuk klasemen sampai Boxing Day.
Chelsea pun digadang-gadang akan terus mendominasi sampai akhir musim. Deret selusin kemenangan itu jelas menyilaukan, tapi hal-hal yang mendasari fakta keras tersebut dan potensi besarnya yang membuat Chelsea sulit dipatahkan.
Kedalaman pasukan Chelsea memungkinkan dominasi pola itu bertahan sampai akhir musim. Ramalan bahwa absensi Diego Costa akan menyurutkan produktivitas gol ternyata tidak terbukti. Penjualan Oscar tampak sangat bagus untuk bisnis.
Gelandang Brasil itu membuat sesak lini tengah, yang kini mematok tempat buat dua sayap penting di pola 3-4-3: Victor Moses dan Marcos Alonso. Mendukung kedalaman itu, pelapis menjadi keunggulan Si Biru.
Cesc Fabregas memperlihatkan kualitas yang masih dibutuhkan Conte, terutama ketika Nemanja Matic absen.
Ramai di Empat
Chelsea akan mendapatkan persaingan dari tim-tim yang sampai akhir tahun juga mengintai. Mereka siap memanfaatkan kelengahan The Blues. Sebuah keuntungan besar Chelsea adalah fokus.
Absensi di kompetisi antarklub Eropa memungkinkan Blues berkonsentrasi di Premier League.
Karena alasan serupa, Liverpool mungkin akan tetap menjadi penantang terdekat Si Biru. Namun, ganjalan terbesar The Reds menuju tangga juara adalah inkonsistensi. Keinginan Juergen Klopp agar timnya menekan lawan sejak awal di daerahnya sukar bertahan sampai akhir musim.
Masalah lain Si Merah adalah ketergantungan kepada Philippe Coutinho dan kelemahan di bawah mistar yang melebar ke pertahanan. Perihal kelemahan di belakang juga akan menghadang favorit lain.
Namun, karena kekuatan di lini tengah, Manchester City masih layak dianggap sebagai favorit.
The Citizens sulit menghilangkan ketergantungan kepada Sergio Aguero. Namun, seiring membaiknya pemahaman para pemain terhadap keinginan Pep Guardiola, City bisa semakin padu untuk paruh kedua musim.
Kebesaran hati Pep memainkan lagi Yaya Toure bisa menjadi kunci kemapanan timnya. Perebutan posisi keempat mungkin tak kalah ramai pada akhir musim.
Dalam hal tradisi, Arsenal adalah penghuninya.
Namun, kecenderungan menurun pada paruh kedua dibandingkan dengan paruh pertama akan berharga mahal musim ini. The Gunners mungkin akan mendapati diri tidak bisa tampil di Liga Champion, yang selalu mereka lakoni sejak 2000/01 itu.
Manchester United berpeluang besar menembus zona Liga Champion lagi. Kendati agak terlambat, Mourinho telah mendapatkan komposisi terbagusnya. Begitu Paul Pogba menemukan kebolehan terbaiknya seperti Zlatan Ibrahimovic meraih ketajamannya, United bakal menggeser Arsenal.
Pemain Terbaik
Seturut membesarnya peluang Chelsea menjadi kampiun lagi, reputasi Eden Hazard pun pulih. Musim lalu, ia seperti siap meninggalkan klub London Barat itu dengan kiprah yang menurun drastis dibandingkan dengan musim sebelumnya saat membawa Si Biru juara.
Liukan, tusukan, umpan, atau tembakan berbahaya Hazard menjadi sihir lagi musim ini. Tak keliru menilai berkilaunya Chelsea tergambar dari kebangkitan sayap Belgia itu. Pesaing terdekat Hazard berdiri tak jauh dari dirinya.
Situasi sang rival juga mirip dengan dirinya dalam dua tahun terakhir. Pulihnya reputasi juga dialami Diego Costa. Musim lalu, pamornya melorot seperti ketajamannya. Pemain Spanyol itu dianggap lebih berkonsentrasi menyakiti lawan daripada mencetak gol.
Musim ini, kehebatannya menjebol gawang lawan yang kembali. Costa bahkan mengubah sikapnya. Ia melerai perkelahian rekan-rekan timnya dengan pemain-pemain Manchester City.
Bagaimanapun, kans Hazard atau Costa akan tergantung gelar, begitu juga pesaing-pesaing lain. Kun Aguero mungkin akan terhadang kartu merahnya saat melawan Chelsea, sehingga Kevin de Bruyne yang bisa menjadi yang terbaik semisal City juara.
Philippe Coutinho, Alexis Sanchez, Harry Kane, dan Zlatan Ibrahimovic bisa tampil sebagai yang terbaik, lagi-lagi jika timnya menjadi kampiun. Kans nama-nama terakhir agak berat jika melihat kiprah Chelsea.
Raja Gol
Diego Costa menemukan kembali ketajamannya yang hilang musim lalu. Peluang kecil kini menjadi berbahaya di kakinya. Diikuti sikap yang jauh lebih positif daripada musim lalu, penyerang kelahiran Brasil itu bersiap mendapat pelayanan dari rekan-rekannya untuk dapat menjadi yang tersubur di Premier League.
Perihal kematangan juga men jadi kelebihan dua pesaing terberat Costa. Usia Zlatan Ibrahimovic boleh saja tidak lagi muda.
Namun, Ibra memperlihatkan alasan dirinya bertahan di banyak liga papan atas selama bertahun-tahun dengan produktivitas tinggi.
Sekian banyak gol Manchester United pada Desember menghadirkan keterlibatan penyerang Swedia ini.
Di atas segalanya, eks pemain Inter ini siap mem be rikan gol yang krusial saat United tampak mengalami kebuntuan. Di sisi lain, top scorer Liga Premier pada musim pertama akan membuat curriculum vitae Ibra akan tak terlupakan.
Calon kuat ketiga yang memiliki jam terbang yang lebih tinggi terutama di EPL adalah Sergio Aguero. Setelah pergantian tahun, striker Argentina ini bakal berambisi menambah perbendaharaan golnya usai sanksi di enam laga sampai akhir 2016.
Yang tak bisa dipandang remeh dalam perburuan pemain tersubur adalah Alexis Sanchez. Produktivitas pemain Cile ini terbantu kemajalan Olivier Giroud, tapi akan terganjal performa angin-anginan timnya.
Kandidat lain juga terpengaruh performa payah timnya. Di awal musim, Harry Kane disebut kandidat kuat menjadi top scorer 2016/17. Apa daya, Hurricane terpengaruh penurunan performa Spurs. Romelu Lukaku akan senasib Kane.
[video]http://video.kompas.com/e/5262847848001[/video]
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar