Pemilik saham terbesar baru Formula 1 (F1) Liberty Media, sudah berancang-ancang memainkan gaya Amerika mereka. Hanya, gaya tersebut belum tentu bisa diterapkan.
Penulis: Arief Kurniawan
Salah satu kunci sukses bola basket NBA adalah adanya pembatasan gaji bagi para pemain profesional mereka. Berbekal semangat serupa, Liberty Media ingin F1 juga menerapkan pembatasan anggaran, tapi untuk urusan tim secara keseluruhan.
Saat ini, tim-tim F1 bisa menghabiskan anggaran hingga ratusan juta dollar atau euro dalam setahun. Dana itu digunakan untuk segala hal. Mulai dari operasional tim, pengembangan mobil, dan tentu saja gaji pebalap.
Ironisnya, anggaran sebesar tersebut belum bisa membuat tontonan yang mendatangkan puluhan ribu pasang mata untuk hadir langsung ke sirkuit. Saat ini, kecenderungan jumlah penonton di hampir setiap balapan selalu menurun jumlahnya.
Inilah yang menjadi dasar Liberty Media memberlakukan budget cap (pembatasan anggaran) untuk tim. Mereka ingin dana besar itu dialihkan sebagian untuk mendatangkan penonton ke sirkuit.
"Menghabiskan sebagian besar dari 400 juta dollar AS (sekitar Rp 5,37 miliar) itu hanya untuk pengembangan teknologi, sungguh tak masuk akal. Kami ingin mengubah kultur tersebut," seperti ditulis The Telegraph dalam laporannya tentang keinginan Liberty Media.
Ada Ketimpangan
Ide pembatasan anggaran bukan hal baru di F1. Pada 2009 pernah ada wacana anggaran dibatasi hanya 40 juta dollar AS (setara Rp 537,3 miliar). Tak butuh waktu lama proposal itu untuk kemudian ditolak, terutama oleh Ferrari.
Baca Juga:
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar