Balapan satu kuda pacu kembali terlihat di Ligue 1. Paris Saint-Germain terlalu kuat bagi para rival domestik sepanjang 2015-2016. Akan tetapi, ada cacat yang menodai dominasi mereka di musim tersebut.
Penulis: Theresia Simanjuntak
Sejak diakuisisi Qatar Sports Investments pada 2011, PSG menjelma sebagai tim terkuat di Prancis. Buktinya adalah 13 gelar di semua kompetisi, termasuk empat titel Ligue 1 beruntun (2012-2013, 2013-2014, 2014-2015, dan 2015-2016).
PSG menyudahi Ligue 1 2015-2016 dengan total 96 poin, lebih banyak 34 angka dari pesaing terdekat, Lyon!
Besarnya jarak dari peringkat dua bikin Les Parisiens menjadi tim Eropa tercepat dalam memastikan diri sebagai kampiun liga. Kepastian gelar liga itu terjadi pada pekan ke-30 (13/3/2016), setelah mengalahkan Troyes dengan skor gila, 9-0.
Bukan hanya poin, jumlah gol dan angka kebobolan PSG merupakan yang terbaik di antara partisipan Ligue 1 2015-2016. Zlatan Ibrahimovic dkk melesakkan 102 gol alias 2,68 gol per partai.
Gawang PSG cuma kebobolan 19 kali atau 0,5 kemasukan per laga. Catatan 19 kali kebobolan itu merupakan yang paling sedikit sepanjang sejarah Ligue 1.
Pemicu Kekecewaan
PSG punya segalanya: uang, pemain-pemain berkualitas top, dan pelatih bagus dalam diri Laurent Blanc. Materi yang berlimpah itu bikin kesenjangan besar dengan klub-klub Prancis lain.
Pada 2015-2016, PSG kembali menyapu bersih semua gelar domestik: Ligue 1, Coupe de France, Coupe de la Ligue, dan
Trophee des Champions. Namun, hal tersebut nyatanya tidak bikin puas Presiden PSG, Nasser Al-Khelaifi.
Kontrak kerja Blanc diputus pada akhir musim 2015-2016. Padahal, ia baru menambah kontrak dua tahun lagi pada 11 Februari 2016.
Alasannya bukan hanya karena kembali gagalnya PSG di Liga Champion 2015-2016, di mana mereka disingkirkan Manchester City di perempat final. Akan tetapi, juga karena PSG dengan kekuatan yang amat besar nyatanya bisa tersandung kerikil.
Di Ligue 1 2015-2016, PSG memang sempat tak terkalahkan hingga pekan ke-27. Namun, mereka kemudian cuma menang sekali dari pekan ke-26 hingga ke-29 yang berlangsung 13-29 Februari (dua kali seri dan sekali kalah).
Al-Khelaifi kesal. Andai saja memenangi empat gim pada periode tersebut, PSG bisa menyegel titel liga lebih cepat dari tanggal 13 Maret sehingga bisa mempersiapkan diri jauh lebih matang untuk perempat final LC, yang berlangsung pada awal April.
Baca Juga:
- Marcelo Brozovic Bakal Makin Oke di Paruh Kedua Musim
- Aksi Bela Persebaya Hadirkan Ribuan Bonek di Surabaya
- Kampanye untuk Pemanggilan Kembali Bocah Ajaib Timnas Maroko
Di liga musim lalu, ada dua tim yang menaklukkan PSG: Lyon pada gim tandang (28/2/2016) dan Monaco di Parc des Princes (20/3/2016).
Hal ini berarti PSG mengalami performa naik-turun di liga sejak 13 Februari hingga pertengahan Maret. Fakta inilah yang memicu kekecewaan pada diri Al-Khelaifi.
"Saya sudah di PSG selama lima tahun. Ini pertama kalinya kami punya perasaan gagal. Saya telah mendukung Blanc selama tiga tahun. Akan ada perubahan besar terjadi. Era baru akan dimulai," kata Al-Khelaifi pada Juni.
Ya, PSG memang mendominasi di kancah domestik pada 2015-2016. Namun, sedikit noda pada performa nyatanya meninggalkan cacat pada perjalanan mentereng PSG sehingga berujung pada pemecatan Blanc.
[video]http://video.kompas.com/e/5257841187001[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar