Kepala Pengembangan Teknis FIFA, Marco van Basten, menyatakan bahwa pihaknya sedang memikirkan langkah-langkah yang dapat mengurangi perilaku buruk para pemain selama pertandingan.
Marco van Basten, yang notabene merupakan eks striker tim nasional Belanda, bertekad membasmi berbagai insiden konfrontasi antara para pemain dan wasit.
Ia pun mengusulkan agar FIFA mengadopsi peraturan olahraga rugbi yang hanya memperbolehkan kapten tim untuk berbicara dengan wasit.
Ide tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah waktu yang terbuang karena argumentasi.
WATCH: Claudio Ranieri rants at referee Craig Pawson at half-time of Stoke v Leicester https://t.co/DgfL4sC5D4 pic.twitter.com/aAfk3ZoSXp
— Sky Football (@SkyFootball) December 18, 2016
"Saya yakin perilaku pemain bisa lebih baik. Kami memikirkan hal itu dan memasukkannya ke dalam arah yang benar," ujar Van Basten kepada BBC, Sabtu (24/12/2016).
"Kami harus berhati-hati dengan kebiasaan membuang-buang waktu. Banyak pemain yang protes saat pertandingan. Kami harus memikirkan bahwa hanya kapten yang bisa bicara dengan wasit. Hal itu untuk menghindari terbuangnya waktu," ucap dia.
Upaya FIFA untuk mengubah teknis sepak bola ke arah yang lebih baik adalah memasang teknologi tayangan ulang, atau biasa disebut video assistant referee (VAR).
Teknologi tersebut sempat digunakan dalam ajang Piala Dunia Antarklub 2016 di Jepang pada beberapa waktu lalu. Namun, para pemain Real Madrid mengaku tidak suka dengan adanya VAR.
Salah satu yang menyuarakan ketidaksukaannya terhadap VAR adalah Luka Modric. Ia menilai VAR membingungkan para pemain dan dapat menghilangkan esensi sebuah pertandingan sepak bola.
What's it like to be a Video Assistant Referee? Hear from some of those involved in the trial at the #ClubWC: https://t.co/ImPb0Lo2Pv #VAR pic.twitter.com/DG4F7AxMOL
— The IFAB (@TheIFAB) December 14, 2016
Van Basten pun sadar bahwa VAR bukanlah teknologi sempurna. Namun, dia menganggap VAR sangat penting untuk mencegah insiden kontroversial, seperti gol "tangan Tuhan" milik Diego Maradona pada Piala Dunia 1986.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | BBC |
Komentar