Juara bertahan Premier League, Leicester City, memang sedang tengah terperosok di papan bawah Premier League. Namun, pelatih The Foxes, Claudio Ranieri, tetap menilai 2016 sebagai tahun terbaik karier kepelatihannya.
Leicester menjadi juara Premier League untuk pertama kali sepanjang sejarah 132 tahun klub tersebut pada akhir musim 2015-2016.
Trofi tersebut juga menjadi gelar perdana Ranieri setelah 30 tahun lebih menjadi pelatih. Karena itu, pelatih asal Italia tersebut tidak membantah bahwa 2016 adalah tahun terbaik selama dia berkarier.
"Saya tidak pernah memenangi titel sebelumnya, itu sebabnya 2016 menjadi tahun terindah untuk saya. Namun, saya tidak bisa melupakan awal mula perjalanan Leicester dan para pemainnya. Itu artinya saya bekerja keras dan saya layak senang," kata Ranieri.
Leicester completed just 115 passes vs. Man City; the fewest in the Premier League today.
Man City completed the most (623).
Rope-a-dope. pic.twitter.com/J5T3l8zzwb
— Squawka Football (@Squawka) December 10, 2016
Perjalanan Leicester di Premier League musim lalu memang mengejutkan. Pasalnya, mereka menyandang status nyaris terdegradasi pada musim 2014-2015.
Selain itu, skuad Leicester juga didominasi pemain yang ketika itu kurang diperhitungkan. Di mata Ranieri, hubungan dengan para pemainnya menjadi kunci juara Leicester musim lalu.
"Saya tidak berteman dengan para pemain, tetapi hubungan kami dekat. Ketika berbicara dengan pemain, saya memperlakukan mereka seperti manusia. Dalam sepak bola dan hidup sehari-hari, kita bisa mengalami momen buruk. Namun, semua bisa lewat jika kita kuat dan solid," tutur Ranieri.
CR: "With our fans behind us, we can do something.” #LeiEve
— Leicester City (@LCFC) December 23, 2016
"Itulah sebabnya saya tidak mau menyalahkan para pemain jika kami kalah. Jika mereka berbuat kesalahan, mereka harus mengerti letak kesalahannya dan memperbaiki diri, lanjut eks pelatih Chelsea tersebut.
Kiprah Leicester City pada musim 2016-2017 seperti berbanding terbalik dengan ketika mereka juara. Dari 17 pekan Premier League, mereka menduduki peringkat ke-15 dengan 17 angka.
Mereka hanya terpaut tiga poin dari zona degradasi.
Jamie Vardy dkk baru menang empat kali, seri lima kali, dan kalah delapan kali. Banyak pihak menengarai kepergian gelandang mereka, N'Golo Kante, ke Chelsea, sebagai salah satu performa Leicester terjun bebas.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | Sky Sports |
Komentar