Natal dan Tahun Baru sudah di depan mata. Publik Inggris bersiap menyambut festive season, sebuah tradisi olahan dari salah satu komoditas paling favorit di Negeri Britania: sepak bola.
Penulis: Rizki Indra Sofa
Premier League masih terus menantang arus dan tren di liga-liga elite Eropa lain dengan tetap menolak buat menggelar winter break alias rehat paruh musim, seperti yang diberlakukan di Italia, Spanyol, Prancis, Jerman, Belanda, atau Portugal.
Festive season adalah momen yang justru dinanti oleh penggila sepak bola. Memasuki pengujung Desember, bersiaplah menyaksikan klub kesayangan bertempur dan menjalani jadwal gila-gilaan.
Mulai dari boxing day, menjelang tutup tahun, persis di Tahun Baru, dan beberapa hari setelahnya.
Baca Juga:
- Jelang Kompetisi Resmi, Tangan Kanan Riedl Banjir Tawaran
- Sambil Tertawa, Griezmann Ungkap Tujuan Selanjutnya
- Lampard Optimistis Chelsea Juara Premier League
Di EPL saja, jadwal gila itu sudah dimulai dari tanggal 17 Desember, 18, 19, 26, 27, 28, 30, 31, lanjut ke 1 Januari, 2, 3, dan terakhir 4 sebelum kompetisi berjalan normal lagi per Sabtu, 14 Januari. Gila!
Tak perlu jadi seorang pelatih, atau bahkan pemain cerdas buat paham situasi itu amat berbahaya buat keberlangsungan perjalanan tim sampai akhir musim.
Tetapi, tradisi adalah tradisi, satu hal yang unik, ciri khas sepak bola Inggris, dan agaknya bakal terus dipertahankan meski realitas dan situasi menunjukkan perlu tinjauan penghentian serta penerapan winter break.
Fans dan publik Inggris menyukai tradisi ini. Perusahaan televisi juga. Begitu pula dengan para sponsor dan pemilik klub.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar