Maluku, khususnya Kampung Tulehu, boleh dikatakan gudangnya pemain sepak bola. Kampung itu bisa menyumbang banyak pemain yang membela tim nasional.
Penuis: Gonang Susatyo
Di skuat Merah Putih yang lolos ke final Piala AFF 2016 ada Manahati Lestusen, penentu keberhasilan Indonesia setelah eksekusi penaltinya mengubah skor menjadi 2-2.
Hanya, kontribusi sepak bola Tulehu dan Maluku tak sebanding dengan infrastruktur yang representatif. Stadion sepak bola yang memadai di Maluku sangat minim, padahal pesepak bola bertalenta hebat begitu melimpah.
Setiap tahun, Kampung Tulehu melepas tidak kurang 20 pemain yang merantau ke berbagai klub di seluruh Indonesia.
“Itu perkiraan saja karena memang angkanya sekitar itu. Kurang lebihnya 20 pemain muda yang meninggalkan Tulehu setiap tahun,” tutur Kaur Pemerintahan Negeri Tulehu, Hasim Nahumarury.
"Mereka rata-rata lulus SMA baru bisa pergi dari Tulehu. Dulu yang hanya lulusan SD atau SMP juga pergi. Kami tidak ingin mereka kesulitan di daerah lain hanya karena tak punya ijazah SMA. Jadi, kami putuskan mereka yang ingin pergi harus lulus SMA dulu. Kecuali bila di daerah lain juga sekolah seperti masuk Ragunan," ujarnya.
Pemain banyak yang terpaksa merantau karena Maluku tak memiliki klub profesional. Lebih dari itu, infrastruktur seperti stadion memang masih sedikit.
Di Ambon, ibu kota provinsi, hanya tersedia satu stadion, yaitu Mandala Remaja atau biasa dikenal Stadion Karang Panjang karena terletak di Kelurahan Karang Panjang, Ambon.
Selain Mandala Remaja, tidak ada lagi stadion. Yang lain sekadar berupa lapangan. Salah satunya Lapangan Merdeka di tengah Kota Ambon.
Baca Juga:
- Andrea Pirlo Kunjungi Chelsea, tetapi Bukan untuk Bergabung
- Bali United Siap Pulangkan Pemain Asal Bali
- Gelandang Timnas Indonesia Ini Dikunjungi Keponakannya yang Tengah Sakit
Kapten Belanda berdarah Maluku, Giovanni van Bronckhorst, pernah bermain di lapangan itu saat pulang kampung. Begitu pula Leroy Fer, gelandang tim nasional Belanda yang sekarang bermain di Swansea City, pernah memberikan klinik pelatihan di Lapangan Merdeka.
“Tapi, Lapangan Merdeka sudah tidak bisa direnovasi karena lokasinya yang sempit. Sebaliknya, Stadion Mandala Remaja yang masih butuh renovasi,” ujar Sekum Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Maluku, Supyan Lestaluhu.
"Maluku butuh perbaikan dan penambahan stadion. Tidak hanya di Ambon tapi juga di Masohi, Buru, Tual, dan Tulehu sendiri," ucapnya.
“Ini memang menjadi catatan tersendiri. Maluku, khususnya Tulehu, telah menyumbang pemain untuk klub profesional dan timnas, tapi infrastruktur seperti stadion masih minim,” kata Supyan lagi.
Janji
Kampung Tulehu memang memiliki tiga lapangan, Matawaru, Hurnala, dan Darusalam. Namun, ketiganya tidak bisa dikatakan bagus.
Di antara ketiganya, hanya Matawaru yang cukup memadai untuk pertandingan sepak bola. Menariknya, Matawaru melahirkan banyak bintang sepak bola.
Mulai dari generasi Abduh Lestaluhu dan Pandi Lestaluhu serta angkatan sebelumnya, seperti Alfin Tuasalamony, Rizky Pellu, Rahel Tuasalamony dan masih banyak lagi.
“Lapangan Matawaru pernah dijanjikan untuk direnovasi oleh Menpora Imam Nahrawi. Hanya pelaksanaannya memang belum. Kami tentu sangat berharap lapangan itu direnovasi. Ini lapangan yang bersejarah. Banyak pemain nasional lahir di sini,” katanya.
Lapangan di Tulehu memang kurang layak. Dengan pembatas sekadarnya, sapi-sapi pun sering masuk lapangan untuk makan rumput. Apalagi Lapangan Hurnala yang tidak memiliki pembatas.
Menarik karena dari Lapangan Hurnalan memunculkan Hendra Bayaw dan Ridwan Tawainella yang sekarang bermain di PSM Makassar.
[video]http://video.kompas.com/e/5238934667001[/video]
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar