Gemuruh padatnya penonton di stadion saat perhelatan TSC 2016 tidak hanya didominasi di kota-kota besar. Justru rekor jumlah penonton berasal dari salah satu kota kecil di Jawa Timur, Lamongan.
Setiap pertandingan kandang Persela Lamongan, stadion selalu terisi penuh. Setidaknya, nilai rata-rata hingga pekan ke-29 memunculkan angka 54,10 persen dari kapasitas Stadion Surajaya, Lamongan.
Mereka mengalahkan jumlah penonton yang hadir saat laga kandang Arema Cronus, yang selama ini dikenal sebagai daerah yang memiliki fanatisme tinggi terhadap tim kesayangannya.
Apa yang dilakukan manajemen Persela untuk mendorong kehadiran LA Mania maupun Curva Boys hadir di stadion, apalagi saat tim dengan julukan Laskar Joko Tingkir ini krisis prestasi?
Manajer Persela, Yunan Ahmadi, mengungkapkan bahwa hal itu sebenarnya didasari oleh rasa cinta dari masyarakat Lamongan kepada Persela. Hal tersebut coba didorong dengan menggunakan ide-ide kreatif lewat media yang dikelola oleh manajemen Persela.
"Pada dasarnya orang lamongan itu sangat cinta Persela. Cuman pada tahun ini memang klasemen cukup terpuruk. Tetapi, kami mempunyai tim kreatif dari sisi media yang sedang kami kembangkan. Pada kasus ini sepertinya media yang kami punya itu menjadi juru kunci dari tingginya animo suporter yang masuk, di samping ada feedback dari suporter yang sangat baik juga. Artinya suporter mulai membaik,” tuturnya.
Persela saat ini memang tengah mengalami krisis prestasi. Setelah beberapa pekan lalu berkutat di dasar klasemen, kini mereka mulai bisa merangkak naik.
Namun, hingga pekan ke-32 mereka hanya mampu berada di posisi ke-13 dengan meraih 32 poin. Pada akhir TSC, posisi itu bisa jadi adalah urutan terbaik yang akan dicapai Persela, mengingat tim di atas mereka, Bali United saat ini meraih 39 poin sedangkan di bawah mereka terancam dengan keberadaan Persija Jakarta yang meraih 31 poin.
Saat disentil bahwa fanatisme warga Lamongan terhadap tim kebanggaannya sudah mampu mengalahkan basis-basis suporter fanatik yang ada di Jawa Timur, Yunan mengatakan bahwa mereka membangun kebanggaan dengan cara bersama-sama. Bagaimanapun, Persela saat ini sudah mampu muncul sebagai ikon masyarakat Lamongan.
“Ini memang bisa dibilang sebagai kebanggaan, di Lamongan saat ini sedang sangat bergairah dengan Persela,” ungkap Yunan.
Dari sisi manajemen Persela, mereka juga mencoba untuk mendarahdagingkan Persela di masyarakat. Artinya, Persela menjadi bagian dari sehari-hari masyarakat Lamongan.
“Yang sedang kami gaungkan adalah hope, spirit, and pride itu sudah mendarah daging ke semua lapisan masyarakat dan memang saat ini Persela tidak hanya dinikmati oleh kaum laki-laki saja, akan tetapi kaum perempuan animonya juga sangat tinggi,” tegas Yunan.
Minta pemain care pada suporter
Coba membangun kultur masyarakat sepak bola di Lamongan, manajemen Persela memiliki banyak kiat. Salah satunya adalah dengan mencoba memberikan pelayanan yang baik kepada suporter, karena mereka menganggap mengelola sepak bola adalah bagian dari bidang jasa.
“Kami saat ini menjalankan bisnis jasa di bidang sepak bola. Bidang jasa itu inti entry poin-nya hanyalah memberikan servis kepada customer. Pada kasus ini kami memberikan servis kepada suporter kami,” ucap Yunan.
Selain itu, Persela juga coba mendekatkan diri dengan suporternya lewat media yang mereka kelola, di antaranya adalah website dan sosial media.
“Kami ingin mencoba mendekatkan diri dengan suporter mulai dari aktivitas media yang kami lakukan mulai dari website, lalu dari foto-foto yang kami unggah, video-video yang kami unggah ke instagram, youtube, dan facebook, itu semua arahnya untuk mendekatkan diri ke suporter. Ketika kami sudah dekat dengan suporter, loyalitas dan totalitas mereka terhadap kami pasti ada timbal baliknya. Timbal baliknya adalah ketika mereka datang ke stadion," sambung Yunan.
Tak hanya di sosial media, manajemen Persela juga mendorong pemain untuk care kepada suporter, termasuk dengan melayani foto maupun permintaan tanda tangan hingga membalas komen di sosial media.
“Kami juga meminta kepada para pemain untuk care terhadap suporter, melayani foto, tanda tangan, membalas komen di somed. Itu yang sedang kami dorong, sehingga seakan akan Persela itu menjadi jiwa mereka, menjadi bagian hidup mereka. Artinya ketika mereka tidak mendukung Persela secara langsung ke stadion seakan akan ada yang kurang, dan itu yang sedang kami bangun saat ini,” ujar Yunan.
Atas pencapaian-pencapaian yang sudah dilakukan oleh Persela bersama suporternya, Yunan mengaku terharu. Dia mengucapkan terima kasih atas loyalitas suporter Persela selama ini.
“Kami dari manajemen Persela mengucapkan beribu terima kasih kepada suporter Persela yang telah setia dalam satu musim ini mendukung kami, meskipun posisi kami sedang terpuruk. Tapi percayalah, pada tahun 2017 kami punya tekad yang sama, apalagi pada tahun 2017 adalah ulang tahun emasnya Persela yang ke-50. Jadi kami dari pihak manajemen juga akan sangat bekerja keras seperti upaya kalian saat mendukung tim di dalam stadion untuk menjadikan tim ini berada di papan atas lagi,” ujarnya.
Keseriusan Persela dalam mengelola tidak hanya dari sisi tim tapi juga klub tampaknya akan diuji untuk musim kompetisi mendatang. Mereka berencana membuat membership untuk suporter dengan sistem registrasi online sehingga memunculkan data akurat tentang suporter. Selain itu juga akan memunculkan Persela TV untuk lebih mendekatkan publik kepada Persela.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | - |
Komentar