Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Piala Dunia Klub dan Gelar Abadi untuk Chape

By Kamis, 8 Desember 2016 | 16:45 WIB
Para pemain Atletico Nacional merayakan gol dalam pertandingan semifinal leg pertama Copa Bridgestone Libertadores melawan Sao Paulo.
Friedemann Vogel/Getty Images
Para pemain Atletico Nacional merayakan gol dalam pertandingan semifinal leg pertama Copa Bridgestone Libertadores melawan Sao Paulo.

Dalam sepekan terakhir, nama Atletico Nacional dua kali menjadi bahan perbincangan. Yang kedua adalah partisipasi di Piala Dunia Klub 2016 sebagai wakil Amerika Selatan. Yang pertama untuk alasan bagus tetapi dalam situasi yang sungguh tidak mengenakkan.

Penulis: Christian Gunawan

Atletico Nacional akan hadir di Jepang, negara penyelenggara, seturut keberhasilan mereka menjuarai Copa Libertadores 2016. Di final pada akhir Juli lalu, klub Kolombia itu mengalahkan wakil Ekuador, Independiente del Valle.

Di leg pertama yang digelar di Estadio Olimpico Atahualpa, Quito, Ekuador, Atletico Nacional menahan imbang tuan rumah.

Di pertemuan berikut, gol tunggal Miguel Borja di Estadio Atanasio Girardot, Medellin, Kolombia, memberikan gelar Copa Libertadores kedua bagi Atletico Nacional setelah 1989.

Saat itu, klub berjulukan El Verde de la Montana tersebut mengalahkan tim Paraguay, Olimpia.

Sebagai juara Categoria Primera A, Si Hijau dari Pegunungan itu juga berhak tampil di Copa Sudamericana, ajang yang tingkatnya berada di bawah Copa Libertadores.

Terkait turnamen Copa Sudamericana itu, boleh jadi Atletico Nacional semakin lekat dengan julukan lainnya, Rey de Copas. Raja Gelar.

Tim 15 kali juara Liga Kolombia itu melaju ke laga puncak Copa Sudamericana 2016 usai menyingkirkan Cerro Porteno (Paraguay) di semifinal. Cara lolos Atletico Nacional pragmatis.

Mereka melangkah ke final karena lebih agresif saat bertandang. Hasil imbang 1-1 di Paraguay diikuti 0-0 di Medellin.

Sepanjang sejarah Atletico Nacional, Piala Amerika Selatan atau Copa Sudamericana itu adalah salah satu trofi yang belum mereka dapatkan.

Pencapaian tertinggi klub yang berdiri pada 7 Maret 1947 itu di Copa Sudamericana adalah dua kali runner-up, yakni pada 2002 (dikalahkan San Lorenzo [Argentina]) dan 2014 (juga kalah di tangan wakil Argentina, River Plate).

Akan tetapi, Si Hijau menepikan rasa penasaran untuk hal yang lebih besar dan mulia.

Di final Copa Sudamericana, yang seyogianya digelar pada 30 November di Medellin dan 7 Desember di Estadio Couto Pereira, Curitiba, Atletico Nacional akan menghadapi Chapecoense.

Namun, Si Hijau dari Pegunungan itu memilih mengalah kepada wakil Brasil itu tanpa bertanding.

Seperti yang telah diketahui, Atletico Nacional segera melayangkan permintaan kepada Conmebol, Konfederasi Sepak Bola Amerika Selatan, untuk memberikan gelar kepada Chapecoense.

Sikap itu keluar setelah kecelakaan pesawat carteran yang merenggut nyawa 19 pemain klub yang beralias Verdao atau Si Hijau Besar itu di antara total 71 korban jiwa.

Chape tengah menuju Medellin untuk tampil di leg pertama final Copa Sudamericana. Belum ada keputusan dari Conmebol, tetapi gesture Atletico Nacional itu mengundang pujian.

Tidak sampai di sana saja sikap mengesankan El Verde de la Montana dalam penghormatan kepada Chapecoense.

Pada 30 November, para pendukung Atletico Nacional memenuhi undangan klub untuk tetap datang ke Estadio Atanasio Girardot pada petang yang seharusnya menggelar laga pertama final kontra Chape.

Tribun stadion dipenuhi para penggemar yang datang dengan kostum dominan putih dengan lilin di tangan.

Pemandangan yang menggetarkan itu juga terlihat di luar sekitar stadion (dengan kerumunan yang lebih rapat) dan di jalan-jalan kota Medellin.

Para pendukung Atletico Nacional bersorak layaknya dalam sebuah pertandingan. Hanya, yang mereka dukung kali ini bukan tim dalam pertandingan, melainkan aksi kemanusiaan di tengah kesedihan akan hilangnya jiwa.

Dari spanduk, bendera, dan atribut-atribut lain yang mereka bawa, para fans El Verde menganggap Chapecoense bukan sebagai lawan, melainkan saudara.

Mereka bahkan menyematkan gelar “juara abadi” buat Chapecoense.

Di Brasil, pada waktu kick-off laga tersebut, stasiun televisi Fox Sports menayangkan layar hitam dengan hanya tulisan #90minutosdesilencio di tengahnya.

Baca Juga:

Sesuai tagar itu, siaran ajakan untuk mengheningkan cipta tersebut berlangsung selama satu setengah jam.

Demikianlah. Atletico Nacional akan mewakili Amerika Selatan di Piala Dunia Klub 2016 seperti membawa serta saudara mereka, Chape.

Tak kurang, pasukan besutan Reinaldo Rueda (eks pelatih timnas Kolombia dan Ekuador) itu membawa sikap terpuji ke Piala Dunia Klub 2016.

Belum ada pernyataan dari FIFA atau penyelenggara mengenai penghormatan untuk Chapecoense di Jepang nanti.

Kalau pun ada, sepertinya tidak semenggetarkan pemandangan di Medellin. Bagaimanapun, kehadiran Atletico Nacional di Jepang sudah merupakan penghormatan bagi Chape.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Weshley Hutagalung
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X