Semua tergantung perspektif. Dari sudut mana kita hendak melihat ketika gelaran el clasico datang menghampiri publik sepak bola. Mayoritas biasanya melirik tren terkini sebagai parameter untuk memilih sang pemenang.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Pada kebanyakan kasus, data statistik maupun tren ke belakang ampuh untuk memprediksi hasil akhir sebuah laga.
Namun, el clasico bukan laga biasa. Duel antara sepasang raksasa La Liga ini nyaris tak pernah mengikuti arus prediksi.
Terutama setelah Jose Mourinho datang ke Real Madrid pada musim 2010/11 dan memangkas jurang dominasi yang selama era Pep Guardiola terus dipegang Barcelona.
Terhitung momen itu, secara bergantian Barca dan Madrid saling mengalahkan.
Tak peduli momentum apa yang dibawa sebelum berduel, hasil akhirnya amat mungkin justru kebalikannya. Kemenangan 2-1 Madrid di Camp Nou musim kemarin diperoleh tatkala Barca sedang mengungguli rival abadinya itu sebanyak 10 poin.
Kala itu, Madrid berada pada kondisi yang lebih membutuhkan raihan tripoin ketimbang Barca, yang memiliki privilise untuk kehilangan angka lantaran jarak yang cukup lebar.
Menurut logika, Madrid akan kembali pulang ke Santiago Bernabeu membawa tripoin.
Pembuktiannya ada di pengujung musim ketika Barca mampu meraih mahkota La Liga, meski kehilangan poin di el clasico.
Perjumpaan kali ini bisa dibilang serupa.
Hanya aktornya yang memainkan peran terbalik. Madrid datang ke rumah The Catalans dengan momentum lebih tinggi menyusul rentetan 31 jornada tanpa kalah, sekaligus posisi puncak di klasemen Primera.
Sebaliknya Barca, selain tertinggal enam poin dari seteru bebuyutannya itu, juga sedang melalui salah satu periode terburuk menyusul deretan nirkemenangan.
Menurut logika, Madrid akan kembali pulang ke Santiago Bernabeu membawa tripoin.
Jika ini sampai terjadi, Barca akan terpaut sembilan poin sehingga secara virtual menutup peluang Luis Enrique mencatat three peat alias tiga titel beruntun.
Madrid pun akan lebih nyaman mengikuti Piala Dunia Klub di pengujung Desember.
Akan tetapi, kembali ke situasi di musim lalu, juga di musim-musim sebelumnya, tim yang dinilai lebih inferior justru bisa membalikkan prediksi.
Artinya, Barca yang terimpit tuntutan untuk menang atau terlempar dari jalur juara amat mungkin memenangi laga.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.721 |
Komentar