Stefano Pioli melakoni debut sebagai pelatih Internazionale Milano dengan meyakinkan. Pioli mengantar Il Biscione meraih hasil imbang 2-2 kontra AC Milan di derby della Madonnina, 20 November silam.
Penulis: Sem Bagaskara
Kemenangan memang tak langsung datang. Tapi, Pioli dipuji karena mampu membawa Inter tampil dominan dalam laga derbi.
Gairah dan semangat pantang menyerah terdeskripsikan secara apik oleh gol pemasti skor imbang yang dicetak Ivan Perisic pada menit-menit akhir pertandingan.
Bahkan, pada setengah jam pertama partai itu, Inter disebut sebagai "satu-satunya" tim yang bermain di atas rumput San Siro.
Ditempatkannya Gary Medel sebagai palang pintu adalah kunci kesuksesan Inter mengendalikan permainan.
"Memainkan Medel sebagai bek tengah bukanlah eksperimen. Dia adalah pemain yang memungkinkan kami membangun permainan dari belakang," kata Pioli.
Medel memang kerap dipasang sebagai bek sentral saat dirinya mentas bersama tim nasional Cile.
Tapi, tatkala Inter masih dibesut Frank de Boer, pemain beralias Pitbull itu lebih sering mentas di posisi gelandang.
Baca Juga:
- Timnas Menang dan Jangan Kebobolan
- Berburu Tiket Timnas dan Waktu yang Selalu Berjalan Mundur
- Perseru Siap Manfaatkan Krisis Lini Belakang Persib
Saat mengisi pos bek tengah, Medel sekaligus berperan sebagai pembagi bola. Alhasil, gelandang Inter tak perlu pusing memikirkan kewajiban mengonstruksi permainan dan bisa lebih fokus kepada tugas membantu serangan.
Namun, Pioli hanya bisa menyaksikan Medel beraksi selama 37 menit pada laga derbi. Pemain berusia 29 tahun itu terpaksa ditarik keluar karena mengalami cedera lutut.
Segera setelah Medel keluar, Inter kembali menunjukkan borok lama mereka, yakni koordinasi buruk di lini pertahanan.
Gol pertama Milan yang dicetak Suso bisa terjadi karena penjagaan lembek Cristian Ansaldi.
Joao Miranda kemudian muncul sebagai kambing hitam dalam proses gol kedua Milan, yang kembali dilesakkan Suso.
Koordinasi
Absensi Medel ternyata memberikan efek negatif lanjutan buat Inter. Minus Pitbull, Il Biscione tersingkir dari Liga Europa 2016/17 usai takluk 2-3 dari klub Israel, Hapoel Beer-Sheva, Kamis (24/11/2016).
Padahal, Inter sempat memimpin 2-0. Kelengahan Miranda dalam melakukan penjagaan membuat Hapoel bisa bikin gol balasan via sundulan Lucio Maranhao.
Blunder Murillo kemudian memaksa Samir Handanovic melanggar Maor Buzaglo di kotak penalti. Skor menjadi 2-2 setelah Anthony Nwakaeme sukses mengeksekusi tendangan 12 pas.
Kisah pilu pertahanan Inter belum berakhir. Danilo D'Ambrosio kecolongan oleh pergerakan Mohammad Ghadir yang mengirim assist cantik via tumit kepada pencetak gol kemenangan Hapoel Beer-Sheva, Ben Sahar.
Tanpa Medel di jantung pertahanan, Inter menderita lima gol dalam dua laga pertama di era Pioli.
[video]http://video.kompas.com/e/5226415601001[/video]
Sang ahli strategi anyar mesti segera menemukan solusi mengingat Medel bakal absen sampai Januari atau Februari 2017.
Rata-rata kebobolan Inter di Serie A musim ini adalah 1,23 per laga. Angka itu mirip-mirip dengan edisi 2014-2015, di mana Il Biscione mengakhiri musim di posisi kedelapan klasemen.
Rapor pertahanan jelek identik dengan kemerosotan di klasemen. Pada Serie A 2012-2013, Inter kemasukan 57 kali dan finis di peringkat sembilan.
Catatan kebobolan mereka kala itu adalah terburuk kedua setelah tim juru kunci Pescara (84 kali kebobolan)!
Ujian berat kini menanti Pioli karena pada pekan ke-15 Serie A 2016-2017, Jumat (2/12/2016), Inter bakal bertemu Napoli, yang dihuni oleh sayap-sayap lincah semodel Lorenzo Insigne, Jose Callejon, dan Dries Mertens.
Inter punya pengalaman buruk dengan tipe pemain seperti itu. Lihat saja bagaimana pertahanan Il Biscione dibuat kalang kabut oleh tusukan-tusukan Suso (vs Milan 2-2) atau Mohamed Salah (vs Roma 1-2).
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar