“Sensasional. Tak banyak tim yang bisa datang ke sini dan menang.” Itu ucapan Zinedine Zidane, pelatih Real Madrid, akhir April silam, di Camp Nou!
Penulis: Rizki Indra Sofa
Sensasional, betul. Madrid saat itu baru saja mengejutkan, menang 2-1 di el clasico di rumah Barcelona, dengan gol kemenangan dicetak saat Madrid bermain dengan 10 pemain.
Lebih mengejutkan karena Madrid saat itu dalam situasi yang tak diunggulkan sama sekali, tapi memutus rentetan 39 laga tanpa kalah Barcelona.
Sekitar tujuh bulan berselang, Zizou terbukti mampu mengucapkan kalimat yang sama persis. “Tak banyak tim yang bisa menang di sini,” katanya. Kali ini bukan di Camp Nou, tapi markas yang sama lekat aura mistisnya, penuh suasana invincibility: Vicente Calderon.
Kala itu, 19 November 2016, Madrid baru saja menang di sana, di derbi Madrid terakhir liga yang mentas di Calderon. Bukan saja menang, tapi kemenangan telak, skor besar, tiga gol tanpa balas, semuanya dibuat Cristiano Ronaldo.
Ya, harus diakui, Zizou memang istimewa. Musim lalu, ia cuma sekali menjalani el clasico dan derbi Madrid. Maklum, ia meneruskan pekerjaan Rafael Benitez di tengah jalan.
Keangkeran itu toh tak menakutkan Zizou. Sekali ia menyambangi keduanya, setiap kali pula ia pulang membawa poin penuh. Lawatan berikutnya ke Camp Nou pada akhir pekan ini menjadi kunjungan kedua Zizou sebagai bos Madrid. Ia ingin menjaga rekor sempurna.
Benitez juga mendapat jatah satu derbi dan satu el clasico. Hasilnya pahit. Madrid kalah 0-4 di el clasico Santiago Bernabeu, tapi bisa menahan Atletico 1-1 di Calderon.
Zizou sedikit lebih baik secara perlahan. Mereka memang kalah di Bernabeu, 0-1 dari Atletico, tapi bisa menang 2-1 di el clasico Camp Nou akhir April tadi.
Calderon punya Atletico dan Camp Nou milik Barca. Inilah dua tempat paling angker buat Madrid, rival sekota dan rival el clasico.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.720 |
Komentar