Inkonsistensi yang Manchester City perlihatkan belakangan sepertinya karena faktor usia. Setengah dari total 24 pemain The Citizens yang telah tampil di Premier League 2016/17 berusia 30 tahun ke atas.
Penulis: Theresia Simanjuntak
Pada awal musim ini, City sempat mengukir catatan selalu menang yang berjalan selama 10 pertandingan beruntun di seluruh kompetisi.
Rekor yang dibuat mulai dari gim pembuka EPL 2016/17 pada pertengahan Agustus terhenti pada akhir September di mana City bermain seri 3-3 dengan Celtic dalam duel Liga Champion.
Termasuk partai versus Celtic, City kini melalui 10 gim di seluruh ajang dengan meraih tiga kemenangan saja.
Segalanya yang sempat terlihat sempurna, termasuk dugaan bahwa taktik manajer baru Pep Guardiola sesuai dengan klub, sekarang tampak nodanya.
Dari lini depan hingga belakang terlihat kekurangan. Buktinya, City cuma mengukir 15 gol dan kebobolan 15 gol dalam 10 partai terakhir di seluruh kompetisi.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Usia sepertinya menjadi salah satu kendala. Dari 24 pemain City yang sudah beraksi di EPL musim ini, sebanyak 12 orang berumur 30 tahun atau lebih.
Usia tidak bisa berbohong. Semakin tua, seseorang akan merasa mudah lelah. Ini hal alami.
Begitu pula yang terlihat di pemain City. Kelelahan terjadi bukan cuma karena mentas di liga yang menguras fisik macam EPL, tapi juga jadwal sibuk.
Ketika mengukir catatan selalu menang dalam 10 partai perdana musim ini, semua laga itu dilakukan dalam enam pekan saja. Perlu diingat, ada jeda laga antarnegara selama sekitar dua pekan pada awal September.
Hal ini berarti City selalu memainkan dua partai per pekan sejak awal musim ini bergulir ketika rekor tersebut dibuat.
Full Back
Di antara 12 pemain "tua" City, lima orang berposisi sebagai bek. Full back Pablo Zabaleta dan Gael Clichy masuk kategori itu.
Keberadaan keduanya penting bagi Guardiola. Di tim mana pun yang pernah ditanganinya, Guardiola dikenal suka memakai bek sayap dalam membangun serangan.
Pada awal musim ini, Guardiola memperkenalkan inverted wing-back dalam pola 4-1-4-1, para bek sayap bermain lebih maju dan membentuk trio di lini tengah bersama seorang gelandang tengah murni.
Tujuannya, berawal bek sayap itu, City bisa melancarkan serangan balik. Tugas tersebut menguras tenaga full-back tetap City musim ini, seperti Zabaleta, Bacary Sagna (bek kanan), dan Clichy (bek kiri).
Usia bikin fisik mereka tidak cukup bugar untuk mengeksekusi tugas dari Guardiola.
Lihat saja pada gim kemenangan sensasional 3-1 melawan Barcelona (1/11). Zabaleta sebagai bek kanan sukses meredam Neymar. Clichy juga tampil cukup bagus.
Namun, keduanya melempem empat hari kemudian, saat City diimbangi Middlesbrough 1-1.
Guardiola sepertinya menyadari kelemahan di full-back. Kabar yang beredar belakangan, ada beberapa nama full-back yang siap didatangkan pada Januari mendatang.
Dua yang paling santer adalah bek kanan Paris Saint-Germain, Serge Aurier (23), dan bek kiri Schalke, Sead Kolasinac (23).
Menurut isu yang beredar, scout City sudah memantau dua pemain muda itu dalam beberapa pekan terakhir.
Transfer bisa saja terjadi. Apalagi, Zabaleta, Clichy, dan Sagna punya kontrak yang usai pada akhir 2016/17.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.718 |
Komentar