Milan dan Inter bakal sama-sama ditukangi pelatih berstatus debutan pada derby della Madonnina edisi ke-217 di San Siro, Minggu (20/11).
Penulis: Sem Bagaskara
Bahkan, bentrokan melawan Milan bakal menjadi partai resmi perdana Stefano Pioli sebagai ahli strategi Inter.
Fakta itu bisa muncul sebagai kelemahan sekaligus senjata Inter. Pioli praktis hanya menghabiskan waktu selama lebih kurang dua pekan untuk mengenal lingkungan baru dan mempersiapkan timnya menuju derbi Kota Milan.
Tetapi, kubu Milan menjadi tak punya referensi buat menganalisis gaya Inter ala Pioli.
Baca juga:
- Calon Bintang Piala AFF 2016, Mayoritas dari Lini Ofensif
- Musim Tertajam Hazard, Chelsea Minimal Finis Tiga Besar
- Modal Unik Zidane Hadapi Kutukan Atletico Madrid
Sebaliknya, Pioli tak perlu pusing-pusing mempelajari taktik Milan racikan Vincenzo Montella.
Media-media Italia telah memberikan "bantuan" kepada Pioli. Baru-baru ini, sejumlah surat kabar Negeri Piza banyak membahas revolusi Montella sebagai pelatih.
Selama ini, peracik taktik beralias L'Aeroplanino (Si Pesawat Terbang Kecil) tersebut dikenal sebagai pemuja permainan atraktif berbasis penguasaan bola.
Filosofi itu begitu kental terlihat kala Montella menukangi Fiorentina pada rentang 2012 sampai 2015.
Sepak bola menyerang masih menjadi ide utama Montella membangun Milan 2016-2017.
Namun, pelatih kelahiran Castello di Cisterna itu tak ngotot memaksakan filosofi andalannya.
Montella berubah menjadi figur yang sangat adaptif. Dia sadar dengan materi yang dimiliki Milan sekarang, sulit untuk menerapkan tiki-taka ala Fiorentina.
La Gazzetta dello Sport mengibaratkan Montella mengganti baju hangat lembut berwarna ungu dengan jaket berbahan jeans.
Kata sifat yang disematkan kepada tim asuhan Montella bukan lagi spettacolo (spektakuler), melainkan cinico (kejam).
Milan 2016/17 memang cenderung lebih pragmatis dibandingkan Fiorentina 2014/15. Soal garis pertahanan misalnya, Montella menginstruksikan agar kuartet beknya tak terlalu jauh naik meninggalkan gawang.
Aspek penguasaan bola Milan juga tak terlalu menonjol. Montella paham bahwa dirinya kini tak banyak dibekali gelandang yang punya kualitas operan jempolan plus kemampuan mendikte permainan seperti David Pizarro atau Borja Valero.
Namun, dalam skuat Milan terdapat talenta lincah semodel Giacomo Bonaventura, Suso, dan M'Baye Niang.
Montella berpikir bahwa akan sangat mubazir andai Il Diavolo tak mengeksploitasi bakat mereka.
Alhasil, dipilihlah pakem 4-3-3 sebagai pedoman andalan Milan besutan Montella musim ini.
Montella pernah berkelakar saat mengisahkan perjumpaan awal dengan Presiden Milan, Silvio Berlusconi.
"Jadi, siapa yang akan mengisi posisi dua penyerang?" begitu tanya Berlusconi, yang sangat fanatik dengan formasi 4-3-1-2.
Montella balas bertanya: "Oh, saya tak boleh bermain dengan tiga penyerang?"
Revolusi Montella ini patut dicermati Pioli.
"Pengalaman membangun pemain dan pelatih, termasuk saya. Saya belajar dan terus melakukan evaluasi. Saya memulai dengan pendekatan khusus, namun sadar bahwa yang menjadi proritas adalah meraih rentetan hasil bagus pendongkrak kepercayaan diri," kata Montella usai mengalahkan Juventus pada pekan ke-9 Serie A 2016-2017.
Montella boleh optimistis menatap perjumpaan dengan Inter. Dia adalah manusia derbi.
Sebagai pelatih, Montella pernah terlibat dalam 16 partai derbi. Selain merasakan atmosfer derbi sekota macam Roma vs Lazio dan Sampdoria vs Genoa, Motella juga ambil bagian dalam derbi wilayah semodel derbi Sisilia (Catania vs Palermo), Tuscany (Fiorentina vs Livorno/Siena/Empoli), serta derby dell'Appennino (Fiorentina vs Bologna).
Rekornya impresif. Montella mengumpulkan 12 kemenangan, dua imbang, dan cuma menderita sepasang kekalahan!
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.717 |
Komentar