Stefano Pioli. Nama dengan reputasi medioker di sepak bola Italia. Setelah melatih sederet klub papan tengah di Serie A, dirinya mencoba peruntungan mengubah status menjadi pelatih top setelah ditunjuk sebagai pengganti Frank de Boer di Inter.
Penulis: Anggun Pratama
Lihat saja persentase kemenangan Pioli di sepanjang kariernya sebagai pelatih.
Hanya 36,65 persen. Jelas nilai yang rendah. Sebagai perbandingan, Roberto Mancini membukukan persentase kemenangan mencapai 55,20 persen.
De Boer malah lebih baik karena catatan kemenangannya mencapai 59,1 persen.
Pioli punya waktu selama kurang lebih 18 bulan (bila belum kadung dipecat sebelum kontraknya habis) buat mengangkat Inter dan juga reputasinya.
Pioli dan kondisi Inter belakangan ini serupa: punya potensi, tetapi selalu gagal menunjukkan potensi itu secara maksimal.
Di sepanjang karier melatih, Pioli belum pernah menangani tim dengan reputasi sebesar Inter. Salernitana, Modena, Parma, Grosseto, Piacenza, Sassuolo, Chievo, Palermo, Bologna, dan Lazio adalah deret klub senior yang pernah ia latih sejak 2003.
Prestasi terbaiknya barangkali ada di Bologna dan Lazio. Bersama Bologna, ia dua kali menghindarkan tim terjerat dari degradasi dengan skuat seadanya pada musim 2011/12 (finis di peringkat 9) dan 2012/13 (finis peringkat 13) sebelum akhirnya dipecat pada Januari 2014.
Bermodal skuat dengan kualitas lebih baik bareng Lazio, Pioli bisa membawa tim finis di peringkat tiga Serie A 2014/15 alias di musim pertamanya. Performa tim lantas menurun di musim selanjutnya karena badai cedera sehingga pada akhirnya dipecat pada April 2016.
Dari kondisi itu sebenarnya terlihat indikasi Pioli sanggup memaksimalkan pemain yang ia punya. Di Inter, kualitas individu para pemain jauh lebih baik dari Bologna dan Lazio.
Yang dibutuhkan saat ini adalah pelatih yang bisa memaksimalkan talenta mereka. Apakah Pioli sosok itu?
Atraktif vs Defensif
"Kami akan memberikan yang terbaik guna mempraktikkan sepak bola yang enak dilihat, tetapi yang terpenting adalah bisa mendapatkan kemenangan. Kami harus mengembalikan klub ini ke tempat yang seharusnya," ucap Pioli.
Ucapan itu indah, tetapi jangan terlena dengan kata-kata Pioli di jumpa pers perdana itu yang ingin membuat Inter atraktif. Prioritasnya saat ini bisa dibilang memperbaiki cara bertahan Inter.
Paling tidak selama di Bologna dan Lazio, hal yang menonjol adalah kemampuan kedua tim itu dalam bertahan.
Di Bologna, total kebobolan mereka per musim adalah 43 (terbaik keenam; cuma kalah dari Juventus, Milan, Udinese, Atalanta, dan Fiorentina) di 2011/12, dan 52 (ada di peringkat 11) di 2012/13.
Bareng Lazio di 2014/15, jumlah kemasukan cuma 38 biji alias rata-rata 1 gol per laga. Angka itu cuma kalah dari Roma (31 gol) dan Juventus (24 gol).
Barangkali, karena bekas bek saat masih menjadi pemain, dirinya paham cara membuat sistem yang solid di belakang. Terlebih Inter musim ini punya pemain bertahan top, tetapi tak memiliki sistem bertahan yang bisa diandalkan.
Karena itu pula, Pioli mengajak Walter Samuel bergabung dalam staf kepelatihannya. Samuel, The Wall, merupakan legenda Inter. Dirinya baru saja pensiun di akhir musim lalu.
Samuel, bek tengah tangguh, yang sulit dilewati hingga dijuluki Si Tembok pasti akan membantu sekeras tenaga membuat Inter kembali sulit ditembus.
"Saya bahagia dengan peluang ini dan akan mencoba membantu sebaik mungkin demi kebaikan Inter," ujar Samuel di Inter Channel.
Kembali ke ucapan Pioli, bisakah dirinya membuat Inter bermain atraktif? Sangat bisa. Lazio 2014/15 menjadi bukti. Bermodal sistem 4-3-3 dan 4-3-2-1, selain memiliki pertahanan kuat, lini serang Gli Aquilotti juga mengerikan.
Lazio hanya kalah tajam dari Juventus yang membuat 72 gol. Lazio membuat 71 gol.
Miroslav Klose, pemain tertajam tim, membuat 13 gol. Marco Parolo mengemas 10 gol. Selanjutnya ada Stefano Mauri (9 gol), Filip Djordjevic (8 gol), dan sederet pemain lain.
Pioli jelas punya modal menjadikan Inter atraktif. Akan tetapi, pria yang mengaku sebagai penggemar Inter itu tetap butuh waktu. Yang pasti, pemain dalam skuat Inter saat ini memiliki kemiripan karakter dengan Lazio di 2014/15, terutama di lini serang.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.717 |
Komentar