OGC Nice masih kokoh berdiri di puncak klasemen setelah Ligue 1 2016-2017 berumur 12 pekan. Kunci sukses skuat beralias Les Aiglons (Elang Muda) itu simpel: bermain dan bersenang-senang.
Keberhasilan Nice berada di urutan teratas tabel klasemen Ligue 1 2016-2017 layak disebut sebagai kejutan.
Sebelum musim bergulir, Les Aiglons kehilangan sejumlah pilar kunci di balik kesuksesan tim finis di posisi keempat Ligue 1 musim lalu. Nice ditinggal pelatih Claude Puel ke Southampton.
Rival AS Monaco dalam derbi Cote d'Azur itu juga kehilangan personel andalan semodel Hatem Ben Arfa dan Valere Germain.
Baca juga:
- Milan Hidupkan Lagi Pasar Amerika Selatan
- Usai Jeda Kompetisi, Arsenal Lebih Lelah Ketimbang Man United
- Kelemahan 3-4-3 Chelsea, Tanpa Kedalaman Skuat
Tak disangka, Elang Muda justru bisa terbang lebih tinggi di bawah kendali pelatih anyar, Lucien Favre.
Secara berani Favre memberikan status pemain reguler kepada bek remaja berusia 17 tahun, Malang Sarr.
Pelatih asal Swiss itu juga dipuji karena bisa memaksimalkan potensi pemain yang sempat dicap "habis" semodel Dante dan Mario Balotelli.
Hanya, langkah terbaik Favre justru adalah tak banyak membuat perubahan terkait filosofi tim.
Dia meneruskan apa yang telah diwariskan Puel, yakni membiarkan tim bermain dan bersenang-senang.
Pendekatan tersebut menghasilkan iklim yang bersahabat di ruang ganti Nice. Alhasil, Balotelli dkk. kerap tampil lepas dan tanpa beban.
"Sungguh indah, mendengarkan Dante yang pernah menjuarai Liga Champions berkata bahwa dirinya belum pernah merasakan kebahagiaan seperti sekarang," kata kiper Nice, Yoan Cardinale.
Suasana hati yang gembira menular kepada performa Nice di atas lapangan hijau.
Jika Sang Elang Muda bisa terus bahagia sampai akhir musim, bukan tak mungkin gelar juara Ligue 1 2016-2017 bisa mereka amankan.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | France Football |
Komentar