Sejak berdiri pada 2004 sebagai hasil akuisisi Persijatim Solo FC, Sriwijaya FC menjadi kebanggaan provinsi Sumatra Selatan berkat sederet prestasi.
Penulis: Andrew Sihombing/Suci Rahayu
Laskar Wong Kito setidaknya telah meraih dua gelar juara kompetisi level teratas Indonesia (Divisi Utama 2007 dan LSI 2011-12) plus tiga mahkota Piala Indonesia (2008, 2009, 2010).
Status sebagai tim besar terjaga di TSC. Sriwijaya masih merupakan penantang di jalur juara saat turnamen memasuki fase akhir seperti sekarang.
Yang lebih menggairahkan adalah komitmen Sriwijaya pada pemain muda. Menurut pelatih Widodo C Putro, kepercayaan kepada pemain muda merupakan bentuk tanggung jawab moral.
"Sepak bola terus berjalan, sementara pemain pasti tidak akan terus bertahan karena termakan usia. Jadi, regenerasi pemain sangat penting," kata Widodo.
Selain kualitas sang pemain muda yang memang bagus, keyakinan Widodo terbantu oleh sederet pemain senior. Kematangan Alberto Goncalves, Firman Utama, Ahmad Jufrianto, Supardi Nasir, hingga Hilton Moreira mempermudah kerja sang pelatih.
"Bermain untuk tim senior Sriwijaya tidak mudah. Artinya, kualitas pemain muda di tim saat ini sudah bagus. Bila targetnya adalah jangka panjang, klub lebih bebas memainkan pemain muda dan memberi mereka kesempatan berkembang," ujar mantan andalan lini depan timnas tersebut.
50-60 Persen
Kendati demikian, tetap ada hal yang dirasa mengganggu. Publik Sumatra Selatan rupanya tidak puas dengan minimnya jumlah pemain asli daerah di dalam tim.
Setidaknya hal itu yang tergambar dari kegiatan gelar wicara BOLA di dua radio lokal, Sonora FM dan Smart FM, pada tengah pekan lalu. Pertanyaan mengenai alasan minimnya putra daerah di Sriwijaya FC mengemuka dari sejumlah pendengar.
Kegundahan itu bukannya tak beralasan. Sriwijaya FC memang dikenal sebagai tim yang tak segan menggelontorkan fulus demi mendatangkan pemain bintang.
Pemain lokal yang sempat membela Laskar Wong Kito pun tak terlalu bisa mempertahankan kepercayaan. Hal seperti ini yang menimpa sejumlah pemain seperti Septa Riyanto (saat ini di Kalteng Putra), Jeki Arisandi (Madura United), atau Amirul Mukminin (Barito Putera).
"Kami mengakui bahwa selama beberapa tahun belakangan tidak terlalu memonitor talenta sepak bola binaan SSB lokal. Hal ini tak lain karena klub terkonsentrasi mengejar prestasi sehingga lebih banyak memakai pemain jadi," kata Sekretaris Sriwijaya FC, Achmad Haris, kepada BOLA.
Keputusan yang demikian tentu tak bisa disalahkan. Sepak bola level profesional kerap diukur lewat prestasi. Bila gagal meraih hasil bagus, klub berpotensi ditinggalkan oleh suporter.
Baca Juga:
- Stefano Lilipaly: Saya Ingin Kembali Ke Persija
- Arsenal Nikmati Kecepatan Hector Bellerin
- Juventus Harus Ambil Pelapis Barzagli atau Pakai 4 Bek
Saat hal ini terjadi, pertanggungjawaban terhadap sponsor tentu sangat berat. Lingkaran setan seperti ini yang kerap sulit dihindari klub profesional mana pun.
Kondisi Sriwijaya makin berat karena kegagalan pembinaan sepak bola Sumatera Selatan dalam menghasilkan pemain berkualitas. Hal ini diakui sendiri oleh pelaku pembinaan usia dini.
"Pembinaan usia dini Sumsel seperti mati suri beberapa tahun belakangan. Dengan kondisi tersebut, tentu tak bisa disalahkan bila Sriwijaya mencari pemain berkualitas dari luar," ujar Hanief Djohan, Manajer SSB Elang Mas.
Hanya, sinyal perubahan mulai terlihat. Sriwijaya semakin membuka diri terhadap putra daerah Sumsel.
Nama-nama seperti Ichsan Kurniawan, Rizky Dwi Ramadhana (pemain terbaik dan top scorer LSI U-21 musim 2012-2013), ataupun Try Hamdani Goentara berseliweran di tim inti sepanjang TSC.
Selain itu masih ada pemain seperti Teja Paku Alam (kelahiran Painan, Sumatra Barat), Hafit Ibrahim (Jakarta), Zalnando (Bandung), dan Manda Cingi (Lampung).
Kendati bukan kelahiran Sumsel, mereka merupakan binaan akademi Sriwijaya seperti halnya bek kanan senior, Supardi Nasir (Bangka).
"Performa mereka tidak mengecewakan. Semoga ke depan bisa lebih banyak pemain asli Sumsel maupun binaan akademi yang memperkuat tim senior. Kami berharap sekitar 50-60 persen skuat diisi oleh mereka," kata Haris.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar