Pada Juli 2014, seorang pesepak bola belia potensial membulatkan tekad untuk meninggalkan Paris Saint-Germain (PSG), klub yang telah dibelanya sejak usia sembilan tahun.
Penulis: Sem Bagaskara
Dia begitu frustrasi karena tak kunjung meraih kans tampil reguler di skuat utama PSG. Pemuda itu juga frustrasi karena tak mendapat bimbingan yang tepat. Figur yang dimaksud adalah Kingsley Coman.
Dia hengkang dari Paris menuju Juventus saat masih berusia 18 tahun. Coman menyebut megabintang PSG saat itu, Zlatan Ibrahimovic, sebagai sosok yang menghambat perkembangannya.
"Ibrahimovic? Dia bukanlah tipe pesepak bola yang akan mendekati pemain muda untuk memberikan masukan. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri," ujar Coman dalam sesi wawancara dengan media Jerman, Kicker.
Ibra merupakan pribadi yang blak-blakan. Penyerang asal Swedia itu tak ragu meneriaki rekan setimnya jika terasa ada yang menurutnya salah.
Baca Juga:
- Ambisi Perayaan Seabad PSG
- Ketika Bachdim Tanda Tangani Jersey Persema dari Fans Arema
- Jadi Kiper, Luis Suarez Bikin Gol Jarak Jauh
Karakter itu jelas menakutkan dan bakal mengagetkan talenta belia yang baru berlatih bersama skuat utama. Karena merasa terintimidasi, mereka menjadi sulit mekar.
Bukan cuma Coman. Penyerang AS Roma, Stephan El Sharaawy, juga mengalami pengalaman serupa dengan Ibra saat keduanya memperkuat panji AC Milan pada 2011 sampai 2012.
Ketika datang ke Milan pada 2011, El Shaarawy baru berumur 18 tahun. Ia begitu antusias karena bisa berguru langsung kepada penyerang jempolan seperti Filippo Inzaghi, Robinho, dan Ibrahimovic.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar