Jose Mourinho bukan satu-satunya pelatih yang dibuat pening oleh kemampuan komplet Paul Pogba. Peracik taktik Prancis, Didier Deschamps, merasakan kegelisahan yang sama.
Penulis: Sem Bagaskara
Beberapa hari sebelum Prancis bersua Albania di laga kedua fase grup Euro 2016, Deschamps dibuat pusing perihal formasi terbaik buat timnya. Ketika menang tipis 2-1 atas Rumania pada partai pertama, Deschamps menggeber 4-3-3.
Namun, skema itu mereduksi kualitas Antoine Griezmann, yang mengaku lebih nyaman mentas sebagai penyerang lubang alih-alih sayap kanan. Deschamps memfasilitasi Griezmann.
Memasuki fase gugur, Prancis mulai konsisten dengan 4-2-3-1. Bermain lebih ke sentral, tepat di belakang ujung tombak, Griezmann kian cemerlang.
Paul Pogba menjadi tumbal. Dalam formasi 4-2-3-1, Dia dimainkan sebagai jangkar. Tak banyak yang bisa dikenang dari partisipasi Pogba di Euro 2016.
Salah satu dari sedikit aksi terbaik pemain kelahiran Lagny-sur-Marne itu tersaji pada babak semifi nal tatkala operan silangnya memicu gol kedua Griezmann ke gawang Jerman.
Saat momen itu muncul, Pogba bermain sebagai penyerang sayap kiri. Pogba tampak lebih nyaman mentas di pos gelandang tengah luar dalam skema 4-3-3 ketimbang bertugas sebagai jangkar.
Kendati demikian, performa Pogba sebagai jangkar di Prancis masih jauh lebih meyakinkan ketimbang aksinya saat berkostum Manchester United. Perlahan, Pogba mulai bisa beradaptasi dengan perannya sebagai gelandang bertahan.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar