Hanya selang empat hari setelah ada titik terang dengan kemenangan 2-1 atas Torino, Inter masuk mode krisis lagi. Minggu (30/10/2016), I Nerazzurri kalah 0-1 di kandang Sampdoria.
Penulis: Dwi Widijatmiko
Pelatih Frank de Boer sudah didepak. Terlepas dari siapapun pelatih Inter yang akan memimpin tim pada pekan ke-12 melawan Crotone (6/11/2016), sebetulnya ada cara mudah yang bisa menjamin Inter kembali ke jalur kemenangan.
Cara itu adalah membuat Mauro Icardi melepas shot on target alias tembakan tepat ke sasaran. Saat melawan Sampdoria, striker asal Argentina tersebut tidak bisa melakukannya. Hal berbeda terjadi empat hari sebelumnya.
Icardi membuat dua shot on target. Semuanya menjadi gol dan Inter pun meraih tripoin. Korelasi antara shot on target Icardi dengan raihan hasil Inter terjadi sepanjang musim. Setiap kali Icardi gagal melepas tembakan tepat sasaran, Inter kalah.
Sebaliknya, jika Icardi berkontribusi shot on target, La Beneamata akan berhasil mendapatkan poin.
Kurang Variasi
Masalah shot on target Icardi juga berkaitan dengan pengaruh gol yang dicetaknya terhadap raihan poin Inter. Icardi telah mencetak delapan gol musim ini dan gol-gol itu secara praktis memberikan 11 poin bagi Inter. I Nerazzurri sendiri sejauh ini baru mengoleksi 14 poin sehingga gol-gol Icardi bisa dibilang berkontribusi terhadap 78 persen poin Inter.
Artinya, kondisi Icardi mencetak gol jadi sangat penting bagi Inter. Pemain hanya bisa mencetak gol apabila mereka melakukan tembakan tepat ke sasaran. Jadi, Inter harus mengusahakan supaya Icardi membuat shot on target pada setiap pertandingan.
Sayangnya, hal inilah yang jadi masalah. Seperti dikemukakan pemain Sampdoria, Bruno Fernandes, Inter kekurangan variasi cara membongkar pertahanan lawan. Kondisi itu jadi berpengaruh terhadap kualitas servis buat Icardi.
"Kami lebih berbahaya daripada mereka. Inter sering mengandalkan bola silang, tapi yang berbahaya paling hanya dua-tiga," katanya kepada Tuttomercatoweb.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar