Monoton, kurang gairah, dan minim keberanian menjadi penilaian masyarakat Indonesia kepada timnas saat mengawali Piala Tiger (kini Piala AFF) 2002.
Penulis: Kukuh Wahyudi
Berlaga di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta (15/12/2002), kala itu Bambang Pamungkas dkk hanya bermain imbang 0-0 dengan Myanmar.
Pelatih timnas, Ivan Kolev, beralasan bahwa anak didiknya masih kurang beradaptasi dengan formasi baru.
“Tim ini masih dalam proses pematangan formasi 4-4-2. Jadi, wajar tak bisa maksimal," ujar pelatih asal Bulgaria itu di Tabloid BOLA edisi 17 Desember 2002.
"Saya juga kecewa, terutama putusnya alur serangan dari tengah ke depan. Para penyerang kurang berani menusuk dan membuka peluang," tuturnya.
Sebelumnya, Indonesia memang lebih bersahabat dengan pola 3-5-2. Kehadiran Kolev di timnas bisa dibilang menjadi pintu masuk skema 4-4-2 di Tanah Air.
Baca Juga:
- Lupa Paspor, Bek Muda Barcelona Ditinggal ke Inggris
- Boaz Tinggalkan Pemusatan Latihan Timnas
- Meraba Peluang Aguero Bobol Barcelona
Memasuki laga kedua dan ketiga, Gendut Doni cs masih mendapatkan cemoohan meski telah menang atas Kamboja 4-2 dan imbang dengan Vietnam 0-0.
Saat itu, nasib timnas rawan tak menembus babak lanjutan, yaitu semifinal. Syarat untuk melaju ke semifinal pun tidak mudah. Tim Merah Putih harus menang dengan selisih delapan gol.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar