Pelatih Paris Saint-Germain, Unai Emery (44), akrab dengan kritik pada start musim ini. Suksesor Lauret Blanc itu tidak panik karena skuatnya masih mencatat rekor awalan yang tak bisa dibilang jelek.
Kemenangan tipis 1-0 yang diraih Paris Saint-Germain di kandang Lille, Jumat (28/10/2016), menempatkan mereka sementara di posisi runner-up dengan 23 angka.
Berkat gol tunggal Edinson Cavani di laga itu, PSG unggul satu angka di atas Monaco (22) dan minus 3 poin dari sang pemuncak klasemen, Nice (26).
Monaco dan Nice punya kans menambah poin di pekan ke-11 karena baru memainkan laga pada Sabtu dan Minggu.
goals for club and country this season for @ECavaniOfficial as he grabs the winner in a 1-0 win for Paris at LOSC. #UCL pic.twitter.com/szegDlhieg
— Champions League (@ChampionsLeague) October 28, 2016
Kegagalan PSG memuncaki klasemen tetap menjadi alibi publik mengkritik Emery. Raksasa kaya asal Paris itu disorot karena kalah dari klub yang terbiasa semenjana seperti Nice.
Namun, Emery mengambil sisi positif. Meski selalu dihakimi dalam musim debutnya di PSG, Emery membawa klub melakoni start lebih baik daripada musim 2014-2015.
Periode itu menandakan edisi kedua Blanc melatih Paris Saint-Germain. Dalam 11 pekan awal, PSG kala itu mengemas 21 poin atau minus 2 keping dari perolehan musim ini.
Cavani cs juga menempati peringkat kedua di bawah Marseille. Bedanya, mereka belum mengalami kekalahan (5 menang-6 seri-0 kalah), tidak seperti musim ini (7 menang-2 seri-2 kalah).
Baca Juga:
- Daniel Sturridge, Si Raja Nonliga yang Tumpul di Premier League
- Ini Faktor yang Bisa Hancurkan Peluang Liverpool Juara Premier League
- Saran Si Pengkhianat Pertama buat Gonzalo Higuain
Kiprah Paris dua musim lalu juga menunjukkan bahwa start lamban tak menghalangi ambisi mereka menjuarai kompetisi.
PSG baru merasakan singgasana klasemen pada pekan ke-30! Kecuali di pekan ke-33, posisi puncak tak pernah lepas dari genggaman kubu Paris hingga mengakhiri musim 2014-2015 sebagai kampiun.
Pengalaman itu membuat Emery tetap yakin pasukannya akan menjadi tim yang tersenyum terakhir di podium juara.
"Banyak orang membicarakan dan mengkritik PSG sekarang. Hal itu normal karena ini klub besar. Bagi saya, hal terpenting adalah kami melihat tim ini kuat dari dalam. Kami harus bekerja keras untuk bermain bagus dan menang," ucap eks pelatih Sevilla itu di Culture PSG.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar