Sepak bola Indonesia jadi bahan umpatan negara-negara tetangga. Tanah Air mengalami "kekecewaan nasional", setelah stoper Mursyid Effendi membuat gol bunuh diri bersejarah dalam dunia persepakbolaan Asia Tenggara.
Penulis: Persiana Galih
Stadion Thong Nhat, Vietnam, menjadi saksi. Di sana digelar partai penutup babak penyisihan Grup A Piala Tiger (sekarang Piala AFF), yang mempertemukan Indonesia dan Thailand.
Sepanjang pertandingan, kedua tim main ogah-ogahan. Mereka sama-sama ingin kalah agar terhindar dari Vietnam, yang lebih dulu keluar sebagai runner-up Grup B.
Kedua tim justru ingin menjadi runner-up agar bertemu Singapura, yang dinilai sebagai lawan enteng. Siapa yang tak takut Vietnam? Tim tuan rumah punya materi pemain yang mumpuni.
Kala itu, tim peserta Tiger juga menilai Vietnam kerap dilindungi wasit. Skor 2-2 berlangsung hingga beberapa menit sebelum laga Indonesia-Thailand rampung.
Tak ambil pusing, Mursyid, yang menguasai bola beberapa meter di depan kiper Kurnia Sandy, langsung menceploskan bola ke gawang sendiri.
Baca Juga:
- Tanpa Casemiro, Real Madrid Selalu Kebobolan
- Jelang Liverpool Vs Spurs, Bos Tottenham Murid Paling Cemerlang Marcelo Bielsa
- Jelang Liverpool Vs Spurs, Mengenal Mentor Juergen Klopp
"Mesisan, Cak! Kami sudah main serius, mereka (Thailand) malah main seperti begitu," kata Mursyid, setelah pertandingan itu kepada BOLA.
Ia merasa telanjur dan muak karena telah melakoni laga dagelan. Rusdy Bahlawan, pelatih timnas, pun merasa kecewa.
"Kejadian di lapangan sungguh di luar kontrol kami. Saya sangat malu," ujarnya dengan wajah kuyu.
Kelakuan Mursyid pun menjadi peluang Thailand untuk berkelit dari tudingan bermain tak sportif.
"Buktinya, bukan pemain kami yang menceploskan bola ke gawang sendiri. Pantas sepak bola Indonesia susah maju. Mereka bermain tidak fair," tutur Vitaya Laohakul, pelatih Thailand.
Indonesia dan Thailand sama-sama kena hukuman karena peristiwa itu. FIFA mendenda masing-masing negara sebesar 40 ribu dolar AS. Mursyid juga dilarang bermain dalam ajang internasional di sisa hidupnya.
Tak hanya itu, sepulangnya dari Vietnam, Ketua Umum PSSI, Azwar Anas, langsung mengundurkan diri. Ia menangis saat menyaksikan langsung peristiwa memalukan itu.
Semangat Menggebu
Sepekan sebelum timnas Piala Tiger 1998 terbang ke Vietnam, tim pelatih dan pemain menunjukkan semangatnya kala dijamu BOLA di Restoran Jepang, Caza Suki, di kawasan Blok M, Jakarta.
Mereka yakin akan pulang dengan membawa trofi Piala Tiger edisi kedua itu meski dengan segudang masalah yang membuntuti mereka. Ya, timnas saat itu memang sedang dibuat stres.
Mulai dari finansial menipis hingga manajer timnas, Nurdin Halid, yang terkena kasus dugaan korupsi Puskud Hasanuddin.
"Kalau di tahun 1970-an kita disegani di kawasan Asia, tak ada salahnya bila sekarang saya terobsesi jadi nomor satu lagi," ujar Rusdy.
Merajai Piala Tiger 1998 kala itu menjadi harga mati. Sukma masyarakat kita butuh diberi masukan yang baik, setelah kerusuhan politis dan etnis dalam tragedi 14 Mei 1998.
[video]http://video.kompas.com/e/5184038428001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar