Dedi Kusnandar sempat bertanya-tanya kepada diri sendiri mengapa dirinya tak masuk radar Alfred Riedl saat pemanggilan pemain tahap awal. Padahal, gelandang klub Liga Primer Malaysia, Sabah FA, itu sangat mengharapkan namanya masuk daftar panggil.
Penulis: Gonang Susatyo/Kukuh Wahyudi
Namun, pemain kelahiran Sumedang 25 tahun silam itu tak mau memendam rasa kecewa.
Dedi tetap setia menanti panggilan untuk kembali mengenakan seragam dengan lambang garuda di dada, seperti pada 2013 dan 2014 saat mengisi skuat Indonesia U-23 di SEA Games dan Asian Games.
“Anak bangsa mana yang tidak ingin bermain untuk timnas? Pemain manapun pasti sangat bangga bisa dipanggil timnas,” ucapnya.
Setelah pada gelombang pertama dan kedua terlewati begitu saja, Dedi kembali memimpikan bisa masuk pelatnas saat Indonesia beruji coba dengan Malaysia (6/9).
Sebagai pemain yang berkarier di negara tetangga itu, tentu ia ingin ikut andil dalam pertempuran tersebut. Tetapi, lagi-lagi dirinya tak dipanggil.
“Saat menyaksikan laga itu di televisi, saya merasa sangat ingin segera dipanggil lagi,” tuturnya.
“Kala itu, saya menonton bersama rekan-rekan di klub. Karena hanya saya yang dari Indonesia, saya malah diledekin oleh mereka. Jadinya malah bercanda. Tetapi, dalam hati saya senang karena Indonesia menang,” kata Dedi sambil tertawa.
Tiga gelombang telah terlewati, kesabaran Dedi akhirnya membuahkan hasil. Ia dipanggil Riedl pada pemusatan latihan tahap empat di Solo.
Puas dengan performa Dedi, Riedl pun kembali memanggil sang pemain saat beruji coba melawan Vietnam, yang berakhir imbang 2-2 di Sleman (9/10).
“Dedi bermain bagus di pertandingan itu. Saya memang sudah merencanakan melihat pemain yang dipanggil di uji coba tersebut, termasuk dia. Tetapi, saya juga harus melihat perkembangannya,” ujar Riedl.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar