Polesan Jaya
Rachman kecil lahir dan tumbuh di Penajam Paser Utara, Balikpapan. Kecintaan warga setempat terhadap si kulit bundar ternyata turut menjangkitinya.
"Bisa dibilang saya bermain bola secara otodidak bersama teman-teman. Dulu tidak ada SSB di Penajam. Setiap hari kami bermain di lapangan dekat rumah. Namanya di kampung, sebagai pengganti gawang biasanya kami memakai sandal atau kayu," ucapnya.
Rachman tak pernah bergabung dengan SSB, yang ketika itu hanya ada di Balikpapan. Pengalaman bertanding lebih banyak ditempa saat memperkuat tim SMU di turnamen antarpelajar.
Kendati demikian, ia lolos tes di Persiba junior selepas SMU. Rachman kemudian mulai merasakan atmosfer kompetisi kala bergabung dengan Bontang FC.
Namun, periode itu harus dilewatinya dengan perjuangan keras dan penuh keprihatinan.
"Dalam kondisi tidak digaji, saya hanya ingat orang tua saat masuk ke lapangan untuk bertanding. Keinginan membantu orang tua tertunda hanya karena terlambat menerima gaji," katanya.
Kehidupannya mulai membaik setelah kembali ke Balikpapan untuk memperkuat Persiba di kompetisi Liga Super Indonesia (LSI). Meski termasuk pemain muda, dirinya selalu diberi kesempatan bermain oleh Jaya Hartono.
Sang pelatih yang disebut terakhir ingat betul betapa ia terkesan dengan kemampuan Rachman.
"Dia bisa dibilang pemain yang baru muncul. Tetapi, saya melihat ia punya kemampuan bagus. Terlebih ia punya spesialisasi di kaki kiri," kata Jaya.
Adalah Jaya yang kemudian memainkan Rachman sebagai bek kiri. Pengalaman sebagai mantan bek kiri andalan timnas membuat Jaya yakin anak asuhnya itu bisa gemilang di posisi tersebut.
"Rachman awalnya pemain sayap. Saya mencobanya di posisi bek kiri karena kebetulan kami belum memiliki pemain tetap di situ," tutur pelatih yang membawa Persik menjuarai Liga Indonesia 2003 tersebut.
"Ternyata ia malah tampil bagus dengan mobilitas, kecepatan, dan kemampuan melepas umpan silang," katanya.
Namun, peruntungan Rachman berubah setelah Jaya tak lagi menjadi pelatih Persiba.
"Saya tak lagi diberi kepercayaan. Jangankan masuk tim inti, duduk di bangku cadangan saja tidak. Jadi, sepanjang putaran kedua, saya hanya menjaga mes," kata Rachman.
"Saya menjaga mes dalam arti yang sesungguhnya karena tidak masuk skuat saat bertanding. Ketika itu, pemain yang tidak masuk skuat tidak dibawa ke stadion. Jadi, saya harus menjaga mes," tambah pengagum Bima Sakti itu.
Hingga sekarang, Rachman tak pernah mengerti alasan hingga ia tersingkir sedemikian rupa.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar