Komentar bekas Direktur Olahraga AS Roma, Walter Sabatini, patut ditindaklanjuti klub jika mereka ingin sukses.
Penulis: Riemantono Harsojo
Sabatini men atakan bahwa kelemahan skuat Roma adalah minimnya mentalitas kemenan an. Melihat pencapaian I Lupi (Si Serigala) pada ti a musim terakhir, pendapat tersebut tidak keliru.
Di Serie A 2014/15, Roma asuhan Rudi Garcia mampu menempel san juara Juventus. Namun, ketika kompetisi memasuki fase penting I Lupi malah sulit menang , termasuk ketika bertemu tim seperti Parma atau Empoli.
Di Serie A 2015/16, Roma lebih berantakan. Kondisi membaik ketika Luciano Spalletti ditunjuk sebagai pelatih baru, tapi sudah terlambat.
Musim ini, I Giallorossi masih tidak stabil. Pasukan Spalletti sulit meraih kemenangan di partai tandang. Pada klasemen di giornata tujuh, Roma sudah tertinggal lima poin dari Juventus.
Untuk memenangi perlombaan panjang seperti Serie A, yang diperlukan tidak hanya sederet pemain berteknik hebat. Tim juga memerlukan perlu pemain bermental juara, pemain yang terbiasa menjalani tekanan harus menang setiap pekan.
Dibanding Juventus, Roma minim pemain seperti itu. I Lupi memang punya Francesco Totti. Tapi, penyerang berusia 40 tahun tidak bisa sendirian membuat seluruh tim punya mental juara.
Pekan lalu kepada Corriere dello Sport ia mengaku tak memiliki kemampuan untuk men atur semua orang di skuat sehingga merasa tak pantas menjadi pelatih.
Miralem Pjanic yang hijrah dari Roma ke Juventus pada Juli 2016 pun men akui atmosfer di Tim Serigala dengan di Torino berbeda. “Ketika tiba di Vinovo saya merasakan mental spesial ini,” ujar Pjanic kepada La Gazzetta dello Sport.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.706 |
Komentar