Kampanye hitam menjadi satu dari segudang peristiwa yang dikhawatirkan Agum Gumelar terjadi di Kongres PSSI, Senin (17/10) mendatang. Ketua Komite Pemilihan PSSI ini mengatakan praktik kampanye hitam kerap menghiasi bursa calon Ketua Umum PSSI.
Penulis: Persianan Galih/Suci Rahayu
"Kami akan terus mengawasi hal itu. Kami akan meminta setiap tim sukses untuk bersikap independen dan netral. Sudah ada regulasi yang mengatur hal itu," kata Agum beberapa waktu lalu.
Agum pun mengatakan bahwa komitenya telah memberikan pengarahan pada voters untuk tidak terbujuk calon ketua umum yang melakukan kampanye hitam dan "serangan fajar".
Komite Pemilihan memang telah menentukan aturan main dalam gaya berkampanye, baik berkampanye dengan bertatap muka maupun melalui jaringan telepon.
Waktu kampanye ditetapkan berlangsung sejak 19 September hingga 17 Oktober 2016.
Eddy Rumpoko, salah satu calon Ketua Umum PSSI, merupakan salah satu kandidat yang paling serius menyikapi kesempatan berkampanye.
Setelah mengunjungi para voters di Jawa Timur, ia kini berkampanye ke Makassar, Kalimantan, dan Papua.
Baca Juga:
- Inggris Ditahan Slovenia, Southgate Berutang Budi kepada Hart
- Iran-Arab Bertakhta, Korsel-Jepang Tergelincir
- Catat Kemenangan Ke-94, Joachim Loew Raih Tripoin Mudah atas Irlandia Utara
Selain untuk meminta dukungan, aktivitas yang dilakukan Eddy ini bertujuan untuk mendengar masukan dari voters. Bentuk kampanye seperti Eddy, ditunjukkan juga oleh Moeldoko.
Mantan panglima TNI ini telah mengunjungi salah satu pertandingan sepak bola dalam PON Jawa Barat 2016.
Yang berbeda justru diperlihatkan Edy Rahmayadi. Kampanye Edy mendapatkan bantuan dari Kelompok 85 (K-85).
Konon, salah satu anggota K-85, Umuh Muchtar, setia mengampanyekan Edy di laga away timnya, Persib.
Manajer Maung Bandung ini selalu mendorong setiap lawan Persib di laga tandang untuk memilih Edy.
Memilih Pasif
Dari semua kandidat calon Ketua Umum PSSI, hanya tiga calon yang tampak bersikap pasif, yakni Kurniawan Dwi Yulianto, Sarman El Hakim, dan Benhard Limbong.
Sejauh ini, ketiganya sama-sama baru didukung oleh satu voter.
Kurniawan contohnya, berencana tak banyak memanfaatkan kampanye.
Meski demikian, ia bersedia menjelaskan visi-misinya secara mendetail kepada voters yang tertarik memilihnya.
Tak hanya Kurniawan, Sarman dan Benhard, yang sejauh ini baru mendapatkan satu dukungan, belum terlihat berkampanye.
Klaim Didukung Pemerintah
Meski gaya kampanye beraneka ragam, seluruh kandidat sama-sama mengklaim telah mendapat dukungan pemerintah.
Kesembilan kandidat berjanji tak akan ada lagi penghentian kompetisi akibat sanksi pemerintah pada PSSI.
Moeldoko misalnya, mengaku beberapa kali menjalin komunikasi dengan pemerintah.
"Sudah beberapa kali saya bertemu Menpora Imam Nahrawi untuk bertukar pikiran soal sepak bola Tanah Air dan kami sepaham," kata Moeldoko.
Bahkan, ia pun mengklaim mendapat dorongan penuh dari Presiden Joko Widodo untuk maju menjadi PSSI 1.
Tak hanya Moeldoko, Edy mengklaim hal yang sama. Edy mengaku sudah beberapa kali menjalin komunikasi dengan Menpora dan Presiden,
"Saya pernah bertemu dengan mereka dan sama-sama ingin memperbaiki sepak bola Indonesia," tutur Edy.
Begitu juga Eddy, sang Wali Kota Batu, yang menyebut sempat berdiskusi dengan presiden saat berkunjung ke wilayahnya.
"Persepsi kami sama soal penguatan sepak bola," katanya.
[video]http://video.kompas.com/e/5165499703001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar