Pelatih Zinedine Zidane menolak istilah krisis untuk menggambarkan status Real Madrid, yang akhir pekan lalu baru ditahan imbang Eibar dalam gelaran jornada ketujuh La Liga 2016-2017.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
“Ini baru bulan Oktober, jadi kita tak perlu berlebihan,” begitu kata Zizou.
Masih tujuh bulan tersisa hingga garis fi nis kompetisi. Di panggung La Liga, masih ada 31 partai yang belum dilakoni Madrid.
Karena itu, bisa dimaklumi apabila pelatih yang mengantar Si Putih meraih la undecima alias gelar ke-11 di arena Liga Champion ini belum mau menyebut-nyebut kata krisis.
Kendati demikian, Zizou sama sekali tak menyangkal fakta bahwa tim besutannya memang tengah dilanda masalah.
“Ada sesuatu yang terjadi. Kami akan melakukan analisis segalanya pada saat para pemain kembali dari partai antarnegara karena kami tak bisa terus seperti ini,” lanjut Zizou.
Setelah tujuh pekan berlalu, Madrid memang masih menduduki pos runner-up sementara, berselisih satu poin dari Atletico Madrid yang tengah memimpin klasemen La Liga.
Baca Juga:
- Serangan Masif Inggris Cuma Hasilkan 2 Gol ke Gawang Malta
- Kata-Kata Menyentuh Pelatih Persib ke Bobotoh Seusai Dikalah Madura United
- Start Malam Hari, MesaStila Peaks Challenge Nomor 65K Lewati 3 Gunung
Dalam periode ini pun Sergio Ramos dkk masih menjadi tim yang belum pernah kalah, bersama Atleti dan Villarreal. Masalahnya, hasil seri kontra Eibar, selain mentas di Santiago Bernabeu, juga menjadi skor imbang ketiga secara berurutan di La Liga.
Jika ditambahkan laga matchday 2 Liga Champions melawan Borussia Dortmund, laju imbang Madrid telah mencapai empat partai secara beruntun.
Okelah, hasil 2-2 di Signal Iduna Park masih bisa diterima akal sehat. Namun, tidak demikian halnya dengan skor 1-1 versus Villarreal, 2-2 melawan Las Palmas, dan 1-1 kontra Eibar, sangat pantas dipertanyakan.
“Madrid punya skuat yang seharusnya bisa mengalahkan tim mana pun, apalagi di Bernabeu,” ucap Emilio Butragueno, legenda El Real.
Menurut eks pemain yang kini menjabat Direktur Hubungan Luar Negeri Madrid ini, anak-anak asuh Zidane seolah kehilangan fokus dan kreativitas.
Butragueno tak bisa menggambarkan secara lebih tepat lagi perihal problema yang menyelimuti Madrid dalam rentang dua pekan tersebut.
51 - Only Real Madrid (56) fired more shots on target than #Juventus (51) in the top-5 European Leagues this season. Precision. pic.twitter.com/AF1x0EioW1
— OptaPaolo (@OptaPaolo) October 3, 2016
Ruang Terapi
Hal yang paling mencolok memang dua faktor ini, dan penyebabnya tak lepas dari absennya dua pemain utama mereka: Casemiro dan Luka Modric.
Jika hilangnya Casemiro berperan pada melorotnya fokus, ketiadaan Modric memegang peran penting pada dekadensi kreativitas.
“Madrid bisa dibilang kurang beruntung karena kehilangan pemain akibat cedera di posisi yang tak ada alternatif penggantinya,” ucap Jorge Valdano di Marca.
"Madrid tak punya Casemiro yang lain, tak memiliki Marcelo yang lain, dan tak punya Modric yang lain. Ini memengaruhi semua lini secara keseluruhan. Ketika mencoba mengganti peran pemain dari posisi aslinya, kita akan mendapat masalah," tuturnya.
Opini Valdano juga mengeni sasaran. Ketika Casemiro absen, Madrid tak memiliki pemain yang bisa mengatur ritme permainan yang juga bisa memutus alur serangan lawan.
Akibatnya, Toni Kroos, yang seharusnya bisa lebih berpikir ofensif, membuka ruang, dan mengirim umpan terukur, harus mundur jauh ke belakang.
Modric, yang sempat main tanpa Casemiro, sebelum terlilit cedera terpisah, pun harus kehilangan abilitasnya untuk mendikte lawan.
Dengan fokus terbelah untuk membantu menyeimbangkan pertahanan, Modric tak bisa menarik dan mengacaukan konsentrasi bek-bek lawan secara leluasa.
Bak efek bola salju, pengaruhnya ternyata menyebar ke paceklik gol trio BBC. Dalam tiga skor imbang di La Liga dan satu di Liga Champions ini, trisula tertajam dalam sejarah klub itu hanya bisa menyumbang masing-masing satu gol.
Karim Benzema melakukannya pada partai melawan Las Palmas, Cristiano Ronaldo ketika menghadapi Dortmund, dan Gareth Bale saat bersua Eibar.
Zidane menjanjikan perubahan nasib saat Madrid melanjutkan kompetisi melawan Real Betis (15/10/2016). Akan tetapi, faktanya Casemiro dan Modric belum bisa merumput di laga tersebut.
Casemiro masih harus menjalani terapi hingga maksimal dua pekan ke depan, sedangkan Modric masih absen untuk tiga hingga lima pekan setelah terbaring di meja operasi.
Tanpa dua pemain ini, perubahan nasib yang disuarakan Zizou tampak masih harus ditunda.
Tiga skor imbang beruntun bukan rekor terburuk Madrid. Situasi lebih parah berupa rentetan empat hasil seri sempat empat kali muncul sebelumnya. Masing-masing di musim 1947-1948, 1968-1969, 1969-1970, dan 2006-2007.
Jika laga melawan Real Betis kembali berujung sama kuat, Madrid 2016-2017 akan menyamai empat rekor sebelumnya:
1947-1947
Tim yang menahan imbang adalah Alcoyano (2-2), Gimnastic (3-3), Sabadell (3-3), dan Barcelona (1-1). Madrid menyudahi musim tersebut di peringkat ke-11.
1968-1969
Tim yang menahan imbang adalah Atletico (0-0), Barcelona (1-1), Pontevedra (2-2), dan Granada (0-0). Madrid mengakhiri musim dengan meraih gelar juara La Liga, hanya dengan satu kekalahan.
1969-1970
Tim yang menahan imbang adalah Celta Vgo (2-2), Real Mallorca (1-1), Granada (0-0), dan Real Zaragoza (2-2). Madrid menutup musim di peringkat keenam.
2006-2007
Tim yang menahan imbang adalah Real Betis (0-0), Atletico (1-1), Getafe (1-1), dan Barcelona (3-3). Madrid juara La Liga di akhir musim, unggul selisih gol dari Barcelona.
2016-2017
Tim yang menahan imbang adalah Villarreal (1-1), Las Palmas (2-2) dan Eibar (1-1).
[video]http://video.kompas.com/e/5161738749001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar