Seburuk apa pun rapor Vicente del Bosque di pengujung kariernya di kursi pelatih Spanyol, publik Negeri Matador tetap akan mencatat pria 65 tahun ini sebagai arsitek terbaik La Furia Roja. Faktanya, cuma Del Bosque yang bisa menyumbangkan gelar Piala Dunia sekaligus Piala Eropa.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Tak ada yang bisa menyanggah titel PD 2010 dan Euro 2012 milik Del Bosque itu.
Kendati demikian, seperti sudah menjadi hukum tak tertulis bahwa secara otomatis publik akan tetap membanding-bandingkan kinerja pelatih lama dengan pelatih yang menggantikan posisinya.
Spanyol baru melakoni tiga laga bersama Julen Lopetegui. Namun, komparasi antara dirinya dengan Del Bosque sudah diapungkan.
Dimulai dari pemilihan 31 pemain, yang jauh melampaui 23 pemain yang dipanggil Del Bosque di dua laga awalnya.
Disusul hasil yang dicapai pada dua laga pertama itu hingga penerapan strategi yang dipraktikkan di sepasang laga tersebut.
Sebanyak 23 pemain mendapat pemanggilan pada debut Lopetegui yang berujung kemenangan 3-0 atas Belgia dalam laga berlabel uji coba dan kemenangan 8-0 atas Liechtenstein di Kualifikasi PD 2018.
Lopetegui kemudian menambah delapan pemain lagi, yaitu Andres Iniesta, Nacho Fernandez, Sergio Rico, Isco, Jose Callejon, Ander Herrera, dan Inigo Martinez, menjelang lanjutan kualifikasi melawan Italia dan Albania.
Lopetegui layak mendapat kredit ekstra lantaran royal membagikan jam terbang bagi pemain-pemain yang selama ini tak mendapat tempat di timnas.
Dua kemenangan juga bisa disejajarkan dengan rapor Del Bosque, yang di awal kiprahnya mengalahkan Denmark (3-0) serta Bosnia dan Herzegovina (1-0).
Well, ternyata tak cuma dalam dua hal di atas Lopetegui pantas mendapatkan pengakuan publik. Menurut Sergio Busquets, gelandang Barcelona yang telah membela timnas sejak era Del Bosque dan terus berlanjut hingga sekarang, Lopetegui memang punya nilai plus.
“Mungkin kedua pelatih memiliki sistem yang hampir mirip. Akan tetapi, bersama Lopetegui kami lebih banyak memperhatikan aspek taktik. Lebih banyak penekanan dalam aplikasi taktik dan strategi,” ungkap Busquets di Marca.
Sistem 4-2-3-1 atau 4-3-3, yang mengakar di bawah Del Bosque, langsung diubah menjadi 4-1-4-1.
Selain terlihat lebih solid dalam melakoni transisi dari menyerang ke bertahan atau sebaliknya, penerapan formasi ini juga memunculkan kualitas optimal dari hampir seluruh pemain.
Papan skor tak lagi didominasi pemain-pemain yang itu-itu saja, tapi mulai tersebar hingga Vitolo dan Nolito. Diego Costa sukses mencetak dua gol, setelah hanya mengemas 1 di 10 cap awal.
David Silva menjadi pemain yang paling menonjol, lewat masing-masing dua gol yang diukirnya dalam dua laga ini.
Catatan Silva (28 gol) ini membawanya melewati Emilio Butragueno (27) dan Fernando Morientes (26) di daftar pencetak gol terbanyak abadi La Roja.
Argo golnya bisa terus bertambah apabila sukses menggetarkan jala Albania, Ahad (9/10/2016).
PREDIKSI
- BOLA: 40:60
- Asian Bookie: 1 1/4 : 0
- Tote Sport: 1 (9,00) X (4,60) 2 (1,36)
- Betbrain: 1 (10,08) X (4,30) 2 (1,41)
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.705 |
Komentar