Rasanya tak mungkin menyangkal bahwa Kurniawan Dwi Yulianto merupakan salah satu striker terbaik dalam sejarah sepak bola Indonesia. Namun, sepanjang karier gemilangnya itu, rupanya ada sekelumit ganjalan yang tersisa di hati Si Kurus.
Penulis: Andrew Sihombing
Apakah penyesalan itu terkait skandal obat-obat terlarang yang pernah menimpanya? Ternyata tidak. Pria yang kini berusia 40 tahun itu mengaku sudah berdamai dengan masa lalunya.
"Saya tidak ingin munafik dengan masa lalu dan juga tidak berusaha menutup-nutupinya. Masa lalu
adalah pembelajaran untuk melangkah ke depan. Masa lalu saya adalah pembelajaran bagi generasi sekarang untuk tidak mengalami atau melakukan seperti yang terjadi dengan saya," katanya dalam wawancara khusus dengan Tabloid BOLA.
Jika bukan kesalahannya mengambil keputusan bertindak di masa lalu, lantas apa? Nah, penyesalan terbesar sang legenda rupanya tak lain terkait tim nasional.
"Saya memang telah mendapatkan banyak hal dari sepak bola. Tapi, saya tidak setuju bila disebut sudah mendapatkan segalanya. Hingga saat ini, penyesalan terbesar saya tak lain kegagalan meraih gelar juara bersama timnas," ujarnya.
Kurniawan sempat nyaris membawa Tim Merah Putih ke podium di SEA Games 1997 serta Piala AFF 2000 dan 2004. Namun, tiga kali itu pula mimpinya pupus di hadapan Thailand (1997 dan 2000) dan Singapura (2004).
Konyol
Rasa galau Kurniawan bertambah saat melihat kiprah Kiatisuk Senamuang. Mantan penyerang Thailand yang seangkatan dengan dirinya itu kini meneruskan karier gemilang sebagai pelatih.
Kiatisuk setidaknya membawa Tim Gajah Perang memenangi SEA Games 2013, Piala AFF 2014, serta Piala Raja 2016. Thailand juga kini tengah berlaga di kualifikasi Piala Dunia 2018.
"Memang ada semacam perasaan terpukul melihat pencapaian Kiatisuk sekarang. Tapi, saya memilih introspeksi saja. Mungkin belum saatnya saja saya seperti itu," tutur pengagum Marco van Basten tersebut.
Rasa cinta yang demikian besar itu pula yang membuat Kurniawan dongkol dengan keputusan pembatasan maksimal dua pemain tiap klub ke timnas menjelang Piala AFF 2016. Konyol, demikian Si Kurus menyebut kebijakan itu.
"Membela timnas adalah kebanggaan dan cita-cita semua pemain bola. Pemain harus dilepas karena ini demi kepentingan bangsa. Apa pun alasannya, saya sama sekali tidak setuju bila pemain dibatasi untuk ke timnas," ujarnya.
"Coba kondisinya dibalik. Pemain yang menolak untuk membela timnas bisa dihukum sampai seumur hidup. Giliran itu yang terjadi, klub juga tidak akan membela pemainnya itu," katanya.
Setuju, Kurus!
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.705 |
Komentar