Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kurniawan dan Timnas: Penyesalan dan Rasa Dongkol

By Sabtu, 8 Oktober 2016 | 12:58 WIB
Mantan penyerang tim nasional Indonesia dan calon ketua umum PSSI 2016-2020, Kurniawan Dwi Yulianto, saat menerima wawancara Tabloid BOLA di bilangan Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (6/10).
KUKUH WAHYUDI/BOLA/JUARA.NET
Mantan penyerang tim nasional Indonesia dan calon ketua umum PSSI 2016-2020, Kurniawan Dwi Yulianto, saat menerima wawancara Tabloid BOLA di bilangan Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (6/10).

Rasanya tak mungkin menyangkal bahwa Kurniawan Dwi Yulianto merupakan salah satu striker terbaik dalam sejarah sepak bola Indonesia. Namun, sepanjang karier gemilangnya itu, rupanya ada sekelumit ganjalan yang tersisa di hati Si Kurus.

Penulis: Andrew Sihombing

Apakah penyesalan itu terkait skandal obat-obat terlarang yang pernah menimpanya? Ternyata tidak. Pria yang kini berusia 40 tahun itu mengaku sudah berdamai dengan masa lalunya.

"Saya tidak ingin munafik dengan masa lalu dan juga tidak berusaha menutup-nutupinya. Masa lalu

adalah pembelajaran untuk melangkah ke depan. Masa lalu saya adalah pembelajaran bagi generasi sekarang untuk tidak mengalami atau melakukan seperti yang terjadi dengan saya," katanya dalam wawancara khusus dengan Tabloid BOLA.

Jika bukan kesalahannya mengambil keputusan bertindak di masa lalu, lantas apa? Nah, penyesalan terbesar sang legenda rupanya tak lain terkait tim nasional.

"Saya memang telah mendapatkan banyak hal dari sepak bola. Tapi, saya tidak setuju bila disebut sudah mendapatkan segalanya. Hingga saat ini, penyesalan terbesar saya tak lain kegagalan meraih gelar juara bersama timnas," ujarnya.

Kurniawan sempat nyaris membawa Tim Merah Putih ke podium di SEA Games 1997 serta Piala AFF 2000 dan 2004. Namun, tiga kali itu pula mimpinya pupus di hadapan Thailand (1997 dan 2000) dan Singapura (2004).

Konyol

Rasa galau Kurniawan bertambah saat melihat kiprah Kiatisuk Senamuang. Mantan penyerang Thailand yang seangkatan dengan dirinya itu kini meneruskan karier gemilang sebagai pelatih.

Kiatisuk setidaknya membawa Tim Gajah Perang memenangi SEA Games 2013, Piala AFF 2014, serta Piala Raja 2016. Thailand juga kini tengah berlaga di kualifikasi Piala Dunia 2018.

"Memang ada semacam perasaan terpukul melihat pencapaian Kiatisuk sekarang. Tapi, saya memilih introspeksi saja. Mungkin belum saatnya saja saya seperti itu," tutur pengagum Marco van Basten tersebut.

Rasa cinta yang demikian besar itu pula yang membuat Kurniawan dongkol dengan keputusan pembatasan maksimal dua pemain tiap klub ke timnas menjelang Piala AFF 2016. Konyol, demikian Si Kurus menyebut kebijakan itu.

"Membela timnas adalah kebanggaan dan cita-cita semua pemain bola. Pemain harus dilepas karena ini demi kepentingan bangsa. Apa pun alasannya, saya sama sekali tidak setuju bila pemain dibatasi untuk ke timnas," ujarnya.

"Coba kondisinya dibalik. Pemain yang menolak untuk membela timnas bisa dihukum sampai seumur hidup. Giliran itu yang terjadi, klub juga tidak akan membela pemainnya itu," katanya.

Setuju, Kurus!

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.705


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X