Empat dari 10 gol yang dilesakkan Spanyol dalam kemenangan 2-0 dan 8-0 atas Belgia dan Liechtenstein diborong oleh David Silva. Rasanya, tak akan ada yang menyanggah apabila gelandang Manchester City ini dilabeli pemain terbaik La Furia Roja dalam sepasang laga tersebut.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Jika bicara jujur, sebetulnya sudah sejak lama David Silva layak menyandang predikat terbaik. Dimulai dari masa-masa indah di Euro 2008, Piala Dunia 2010, hingga Euro 2012, di mana ia telah menjadi bagian tak terpisahkan dari lini tengah El Matador.
Namun, kala itu kualitas Silva tertutup dan kalah mentereng dari aksi dominan Xavi Hernandez dan Andres Iniesta.
Saat Xavi pensiun dan Iniesta tak bermain di kedua laga di atas akibat cedera, Silva pun terlihat sangat menonjol.
Posisi awal Silva di kedua laga ini masih sama: mengisi kedua sisi sayap. Meski begitu, saat laga mulai berjalan, Silva seperti memerankan sosok Xavi semasa masih aktif bermain.
Ia secara aktif mengatur ritme, membuka ruang, sekaligus mengirim umpan hingga assist kepada rekan-rekannya.
Tertajam
Keberadaan muka-muka baru seperti Vitolo, Koke, Nolito, Thiago Alcantara, hingga Marco Asensio memungkinkan Silva bermain lebih lepas.
Lantaran tak terpaku di posnya, Silva pun bisa leluasa bergerak naik dan mengoptimalkan perannya sebagai predator ulung.
Empat gol di dua laga, ditambah satu gol melawan Korsel di Juni, memastikan lima gol Silva ini koleksi terbanyak dalam satu tahun kalender.
Sebelum ini, gol terbanyak Silva adalah empat, yang dicetaknya dalam tiga tahun terpisah 2010, 2011, dan 2012.
Di bawah Julen Lopetegui, yang tahu bagaimana memaksimalkan peran David Silva, bukan mustahil argo golnya bakal terus bertambah.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar