Mungkin terlalu naif jika kita menyebut keberuntungan sebagai faktor kunci di balik kesuksesan seorang pelatih. Namun, rasanya kurang pada tempatnya pula apabila kita sama sekali tak menyertakan dewi fortuna dalam laju sebuah tim menuju singgasana juara.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Keberuntungan yang coba diangkat di sini bukan melulu berupa keapesan tim lawan yang sepakannya membentur tiang gawang berkali-kali. Atau hadiah penalti yang diberikan wasit menyusul aksi handball tak sengaja dari tim seberang.
Faktor luck bisa sudah dirasakan bahkan sejak pembentukan tim.
Bukankah ketika memilih personel bagi La Furia Roja dan dihadapkan pada hamparan pemain berkualitas dari Barcelona Vicente del Bosque bisa disebut beruntung?
Joachim Loew juga layak disebut beruntung dalam menyusun skuat Jerman yang beranggotakan bintangbintang Bayern Muenchen, bukan?
Terlepas dari besarnya kualitas dan tingginya visi Del Bosque dan Loew dalam meracik strategi di setiap kesempatan, tugas keduanya terbilang lebih ringan tatkala bisa menunjuk starting XI dengan mata tertutup.
Kualitas tinggi pemain jelas lebih memudahkan pelatih dalam menyusun skuat.
Apalagi jika mereka terbiasa bermain bersama di satu klub, seperti halnya Xavi Hernandez dkk. di Barcelona atau Philipp Lahm cs. di Muenchen.
Ketika dipersatukan di timnas, Del Bosque maupun Loew tak lagi dipusingkan perihal kekhawatiran bakal kompak tidaknya tim yang mereka pimpin.
Keberuntungan Del Bosque dan Loew tak sebatas keistimewaan dalam melakukan pilihan, tapi juga dalam menikmati buah kerja Pep Guardiola di kedua klub tersebut.
Spanyol menjelang PD 2010 dan Jerman menuju PD 2014 mengantongi similaritas pada sosok Pep, yang berhasil memengaruhi kinerja pemain Barca dan Muenchen.
Memang, gelar juara Spanyol di Afsel dan Jerman di Brasil bukan serta-merta murni pekerjaan Pep.
Meski begitu, ada hubungan sebab akibat dalam aspek mental, taktik, kinerja, daya juang, sikap, hingga kepercayaan diri antara revolusi Pep di kedua klub tersebut dengan keuntungan yang diperoleh kedua timnas.
Dalam peta persaingan sepak bola yang semakin ketat, kualitas individu bawaan dari lahir tidaklah cukup. Butuh mental kuat, dan semua persyaratan di atas, guna menciptakan sebuat tim yang mumpuni untuk menyabet gelar juara.
Spanyol enam tahun lalu dan Jerman dua tahun silam memiliki ini semua berkat campur tangan Pep di klub mereka masing-masing.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.704 |
Komentar