Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Sisi Lain Moeldoko, Merintih dan Menangis

By Sabtu, 24 September 2016 | 17:26 WIB
Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko saat menerima wawancara BOLA di kediamannya, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (23/09/2016).
KUKUH WAHYUDI/BOLA/JUARA.NET
Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko saat menerima wawancara BOLA di kediamannya, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (23/09/2016).

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Demikian peribahasa yang sudah cukup akrab di telinga kita.

Penulis: Ferry TAS/Kukuh W./Persiana Galih/Martinus Bangun

Begitu pula bagi mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Moeldoko. Dalam berbagai kesempatan, sosok yang bakal maju sebagai calon Ketua Umum PSSI (caketum) tersebut bahkan menerapkannya dalam bertugas.

Salah satunya kala ia masih menjabat sebagai Wakil Ketua Umum I PB PJSI (Persatuan Judo Seluruh Indonesia).

"Dulu waktu persiapan SEA Games 2015, saya kirim atlet untuk berlatih ke Korea. Awalnya banyak yang mengeluh, patah tulang dan merintih kesakitan, sampai nangis-nangis karena merasa latihannya terlalu berat. Namun, pada akhirnya, mereka bisa menikmati hasil jerihpayah tersebut lewat raihan medali emas," ujar Moeldoko.

Indonesia meraih empat emas dan keluar sebagai juara umum cabang judo SEAG 2015.

Pada kesempatan lain, ia melakukan kebijakan yang hampir-hampir mirip kala menjabat sebagai Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas).

"Kurikulum di sana saya ubah agar para pengajarnya juga mau mengembangkan diri. Saya sentuh juga sisi kedisiplinan dengan mewajibkan mereka apel pagi. Awalnya banyak yang menolak, bahkan sampai mendemo saya," ujar Moeldoko.

Baca Juga:

"Padahal, di sisi lain, mereka juga meminta kenaikan remunerasi. Saya jelaskan ya kalau mau ada perubahan, mereka harus ikut cara saya," lanjutnya.

Buah positifnya lahir kala masa tugas Moeldoko di Lemhanas berakhir. Selain menepati janji dengan menaikkan remunerasi dari 36 ke 51%, kepergiannya pun menyisakan kisah sendu.

"Pada akhirnya, mereka bisa memetik hasil positifnya. Jadi begitu saya berpamitan di sana, mereka justru sedih dan menangis. Bahkan sampai sekarang, di Lemahanas muncul istilah Mahzab Moeldoko," kenang Moeldoko sambil tertawa.

Di kancah sepak bola dalam negeri, Moeldoko memang belum pernah mengurus federasi atau klub profesional. Namun, bukan berarti ia tak pernah terjun langsung ke akar rumput.

"Ketika menjabat sebagai Kodam Siliwangi, saya pugar itu Stadion Siliwangi agar bisa menampung jumlah penonton lebih banyak. Itu merupakan salah satu cara saya dalam mengurai kekerasan di dalam stadion. Jadi penonton bisa lebih tenang dan tak mudah stres saat ke stadion," ujar penggemar Arsenal dan Arsene Wenger tersebut.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.701


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X