Gelandang Indonesia yang membela klub Liga Perdana Malaysia, Dedi Kusnandar, sedang senang walau kena sanksi akumulasi kartu kuning. Sanksi itu membuatnya bisa bergabung dengan timnas Indonesia.
Dedi menjadi satu dari empat nama baru untuk pemain yang dipanggil timnas Indonesia. Skuat Garuda akan menjalani pemusatan latihan selama lima hari di Solo.
Pemusatan latihan yang memanfaatkan jeda TSC 2016 efek dari PON Jabar 2016 ini berlangsung 23-27 September 2016.
Dedi mengatakan akan meninggalkan Malaysia ke Solo pada Rabu (21/9/2016).
"Alhamdulillah, saya kembali dipanggil ke timnas. Semoga semua lancar. Saya ke Indonesia mungkin besok," kata Dedi kepada JUARA, Selasa (20/9/2016) siang.
Mengenai izin dari Sabah FA, menurut Dedi semuanya beres, meskipun Sabah FA ada kewajiban bermain jelang akhir pekan ini pada lanjutan Liga Perdana Malaysia.
Anak asuh Johny Dominicus akan menjamu Kuantan FA pada Jumat (23/9/2016).
Baca Juga:
- Hazard Jadi Guru untuk Batshuayi
- Berkat Sang Ibu, Bocah 3 Tahun Diincar Manchester City
- Penendang Penalti Terbaik 20 Klub Premier League
"Saya sudah bilang ke klub setelah mendapat panggilan dari PSSI beberapa waktu lalu. Sabah FA sudah memberikan izin," tutur Dedi.
"Saya dapat izin karena pas kami main, saya juga tak bisa diturunkan. Saya kena sanksi akumulasi kartu kuning," tuturnya.
Eks gelandang Persib Bandung ini bahagia. Dia mengaku "gatal" membela skuat Garuda saat menyaksikan Indonesia menekuk Malaysia dengan skor 3-0 di Stadion Manahan, Solo, Selasa (6/9/2016).
"Saya sangat ingin memakai seragam timnas lagi. Saat Indonesia melawan Malaysia, saya suka cara main teman-teman. Semoga saya bisa memanfaatkan kesempatan ini," ucapnya.
Untuk pemanggilan ke tim senior Indonesia, Dedi mengatakan ini yang kedua. Sebelumnya, dia dipanggil timnas Indonesia pada 2015.
"Tahun lalu, saya dipanggil timnas jaman masih dilatih Pieter Huistra. Saat itu, Indonesia bersiap ke Pra-Piala Dunia 2018 dan itu persiapan sebelum kena sanksi FIFA," tutur Dedi.
Editor | : | Pipit Puspita Rini |
Sumber | : | juara |
Komentar