Dengan latar belakang militernya, tak heran bila sikap dan pemikiran Pangkostrad Edy Rahmayadi kental dengan bumbu nasionalisme. Bagi calon Ketua Umum PSSI tersebut, pengutamaan kepentingan negara tak bisa ditawar.
Penulis: Andrew Sihombing
Demikian juga soal timnas. Sebagaimana diketahui, menjelang penampilan di Piala AFF pada November-Desember 2016, pelatih timnas senior Alfred Riedl masih juga dihadapkan pada keputusan bersama pemilik klub untuk melepas maksimal dua pemain per klub ke timnas.
Edy keberatan bila timnas tidak benar-benar diperkuat oleh pesepak bola terbaik.
Baca Juga:
- Bellerin Tantang Bolt Lari, Wenger Ogah Dukung
- Roberto Firmino, Mantan Bek yang Menjadi Mesin Gol
- Markas Manchester City Bau Bawang
"Saya tidak mau begitu. Saya melihatnya secara profesional saja. Kalau di satu klub memang banyak pemain bagus tentu boleh dipanggil ke timnas. Pokoknya, pelatih punya kebebasan," kata Edy.
"Bila nanti menjadi Ketua Umum PSSI, sikap saya seperti itu. Kalau nanti ada yang keberatan, toh kan mereka juga yang memilih saya sebagai ketua," tutur eks Pangdam I/Bukit Barisan tersebut.
Masih Ada Waktu
Kemenangan 3-0 atas Malaysia di laga uji coba pada awal September seolah menafikan bahwa pembatasan maksimal dua pemain per klub berpotensi menyulitkan langkah timnas di Piala AFF.
Terlebih, Riedl dan duet asistennya, Hans-Peter Schaller serta Wolfgang Pikal, mengaku bisa menerima keputusan itu dan tetap optimistis membentuk timnas terbaik dari materi yang ada.
Hanya, patut diingat bahwa sejumlah pesaing di Piala AFF punya kekuatan lebih baik dibanding Malaysia, yang tidak bisa memakai seluruh pemain terbaiknya di laga uji coba pada 6 September itu. Hal inilah yang menjadi pertimbangan Edy.
"Kalau nanti Indonesia kalah dari negara seperti Filipina, yang malu siapa? Apakah karena bersaing menjadi juara di TSC, lantas timnas terancam ditelanjangi negara lain di Piala AFF?," tutur Edy.
"Mana yang lebih penting, negara atau kelompok? Tentu negara yang menjadi prioritas," kata pria berusia 55 tahun itu.
Walau demikian, bukan berarti Edy hendak bertindak semena-mena. Ia mengaku siap secara baik-baik mendekati para pemilik klub.
"Saya akan ngomong kepada para voter soal ini. Saya mengerti bahwa klub sudah mengeluarkan uang untuk gaji pemain. Saya minta maaf, tetapi yang terjadi saat ini merupakan produk bersama," ujar Edy.
"Yang dibawa di Piala AFF itu lambang garuda di dada, sementara untuk TSC adalah klub di dada. Tentu sudah jelas mana yang lebih penting," ucapnya.
Kendati sudah merupakan kesepakatan klub, keputusan pembatasan maksimal dua pemain ke timnas sejauh ini belum bisa disebut sebagai harga mati. Masih ada waktu untuk menentukan prioritas sebelum timnas memasuki periode pelatnas intensif.
Timnas rencananya melakukan training camp (pemusatan latihan/TC) kecil pada 22-27 September.
[video]http://video.kompas.com/e/5128113255001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar