Sebanyak 53 peserta Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis sedang menjalani karantina di GOR Jati, Kudus, 4-13 September. Dari 53 anak, terdapat 14 pemain putri berusia di bawah 13 tahun. Jumlah ini lebih sedikit dari pemain putra U-13 yang masuk karantina, 23 anak.
Penulis: Aprelia Wulansari
Sisanya, delapan anak di U-15 putra dan delapan anak di U-15 putri. Jumlah anak yang masuk karantina di kategori U-13 memang lebih banyak daripada di kategori U-15.
Soalnya, klub yang berdiri sejak 1974 ini ingin mengedepankan pembinaan usia dini. Akan tetapi, mencari bibit pemain putri memang masih menjadi pekerjaan rumah bagi perbulutangkisan Indonesia.
Fung Permadi selaku Kepala Pelatih PB Djarum dan Kepala Tim Penilai Audisi Umum pun mengakui hal tersebut. Berikut penuturan mantan pemain berusia 48 tahun yang pernah meraih runner-up tunggal putra di Kejuaraan Dunia 1999 ini.
Bagaimana Anda menilai persaingan di tunggal putri dunia saat ini?
Sekarang kompetisi semakin ketat. Apalagi, bulu tangkis sudah menjadi cabang Olimpiade (sejak Barcelona 1992). Jadi, semua negara di dunia pasti ingin menjadi juara Olimpiade. Maka mulai bermunculan negara-negara, seperti Spanyol dan Thailand yang juga ingin meraih emas Olimpiade.
Menurut Anda, berapa lama lagi hingga Indonesia bisa mendapatkan pemain tunggal putri yang menjadi peraih emas Olimpiade?
Agak sulit memprediksi karena kultur bulu tangkis di Indonesia itu berbeda dengan di China, Jepang, atau Spanyol. Kalau Carolina Marin (Spanyol) itu cenderung bermain dengan speed (kecepatan) dan power (kekuatan), sedangkan pemain Indonesia cenderung dari sisi art (seni) bulu tangkis. Artinya, pemain Indonesia itu dicari dari sisi bakatnya karena agak sulit bagi pemain Indonesia di speed dan power. Kelebihan pemain Indonesia di daya tahan.
Siapa pemain putri Indonesia yang layaknya seorang seniman bulu tangkis?
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar