Pelan tapi pasti, Pep Guardiola mulai mentransfer gayanya ke permainan Manchester City.
Penulis: Sem Bagaskara
FILOSOFI
Sejak era Roberto Mancini, City sudah memperagakan permainan berbasis penguasaan bola. Pep Guardiola kini tinggal menajamkannya. Pep meminta anak asuhnya membangun serangan dari belakang.
Hal itulah yang melatarbelakangi perekrutan Claudio Bravo serta pemilihan Willy Caballero ketimbang Joe Hart dalam tiga partai terakhir EPL.
Preferensi terhadap kiper yang cakap menggunakan kaki menunjang dua poin awal dari tiga filosofi 3P ala Pep: play, possession, position.
Terkait position (posisi) dan pergerakan, Pep terbilang sangat kaku dan rewel terutama sebelum memasuki sepertiga akhir wilayah lawan.
Itulah alasan kenapa setiap tim besutan Pep selalu menyandang status sebagai pemilik pertahanan terbaik.
Serangan balik merupakan mimpi buruk bagi tim yang gemar menguasai permainan dan menerapkan garis pertahanan tinggi seperti City ala Pep.
Duel kontra Sunderland (2-1) pada pekan pertama EPL menampilkan kecerdikan Pep dalam menghadapi potensi serangan balik.
Dalam posisi memegang bola, gelandang jangkar, Fernandinho, turun nyaris sejajar dengan duet palang pintu Aleksandar Kolarov dan John Stones.
Duo bek sayap Bacary Sagna dan Gael Clichy tak seperti biasanya naik melakukan overlap mendukung penyerang sayap.
Tugas Clichy dan Sagna justru masuk ke arah dalam lapangan dan menjaga dua pemain terdepan lawan.
PROGRESS
City asuhan Pep bergerak ke jalur yang benar.
Rata-rata penguasaan bola Citizens adalah yang tertinggi di EPL 2016/17. Keinginan Pep agar City bermain dengan operat pendek nan rapat juga sudah terwujud.
Jumlah operan pendek akurat milik David Silva cs. (1.413) menjadi rekor tertinggi di EPL musim ini.
KOMPOSISI
Format 4-3-3 tampaknya akan terus menjadi gacoan Pep bersama City. Skema tersebut memungkinkan Pep memainkan banyak pemain ofensif.
Pep biasanya hanya menurunkan satu gelandang bertipe defensif, yakni Fernandinho. Sebaliknya tipe pemain menyerang semodel Raheem Sterling, David Silva, Kevin De Bruyne, Nolito, dan Sergio Aguero kerap diturunkan bersamaan.
Silva dan De Bruyne leluasa menunaikan tugas menyerang, lantaran Fernandinho turun ke belakang serta dua bek sayap bergerak ke dalam mengisi wilayah tengah lapangan.
Keberadaan dua pemain "nomor delapan" bebas, yaitu Silva dan De Bruyne, merupakan kunci mengapa permainan City begitu cair.
"Pelatih memiliki taktik idealnya. Saya bermain bukan sebagai pemain nomor 10, tetapi nomor delapan bebas yang bergerak ke mana-mana," kata De Bruyne di Guardian.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.697 |
Komentar