Eidur Gudjohnsen termasuk pesepak bola yang beruntung bisa bekerja di bawah arahan dua manajer sepak bola ternama. Ia pernah menjadi anak buah Jose Mourinho di Chelsea dan menjadi anggota skuat Barcelona yang diarsiteki Josep Guardiola.
Penulis: Wieta Rachmatia
Di mata Gudjohnsen, Mou dan Pep punya karakter yang bertolak belakang.
"Guardiola tidak mau menghilangkan ciri khas bermainnya hanya demi hasil atau mengubah sesuatu, sedangkan Mourinho mau melakukan hal semacam itu," ujar Gudjohnsen kepada BBC
"Mourinho cenderung mementingkan hasil ketimbang cara bermain. Sementara itu, Guardiola memberi tahu bagaimana tim harus bermain dan dengan cara itulah kami tampil," lanjutnya.
Pragmatis, mungkin kata tersebut layak ditujukan kepada Mourinho. Manajer asal Portugal ini terkesan lebih suka dengan hal-hal yang bersifat praktis, termasuk saat merekrut anggota tim baru.
Hingga kini tidak banyak pemain yang dibentuk Mourinho, mengingat manajer yang satu ini lebih suka mendatangkan amunisi yang sudah jadi.
Lain halnya dengan Guardiola, yang lebih menyukai proses mema tangkan pesepak bola dari nol hingga menjadi megabintang, seperti Pedro atau Sergio Busquets di Barcelona.
Musim ini tak jauh berbeda. Total belanja Mourinho di Manchester United memang lebih sedikit ketimbang Guardiola di Manchester City, yaitu 157,25 juta pound (2,7 triliun rupiah).
Akan tetapi, Setan Merah memilih mendatangkan para pemain berlabel bintang seperti Paul Pogba, Henrikh Mkhitaryan, plus Zlatan Ibrahimovic.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.697 |
Komentar